Masjid Cheng Ho di Indonesia
Kelenteng yang terkenal di Semarang dan menarik wisatawan adalah Kelenteng Sam Poo Kong. Selain bangunannya yang sudah ratusan tahun, keunikan kelenteng ini ada pada kisah Laksamana Muslim Cheng Ho.
Selain Lawang Sewu, Kelenteng Sam Poo Kong jadi salah satu daya tarik wisata di Semarang. Kelenteng bersejarah ini menyimpan kisah Laksamana Cheng Ho yang merupakan seorang muslim dan umur kelentengnya lebih dari 600 tahun!
Menurut sejarah Laksamana Cheng Ho saat itu sedang berlayar melewati Laut Jawa. Ketika itu, seorang anak buahnya bernama Wang Jinghong jatuh sakit, sehingga dia memerintahkan untuk berlabuh di kawasan pantai utara Semarang. Sedikit mengulas Laksamana Cheng Ho, dia adalah seorang muslim dan pelaut yang berlayar ke berbagai negara antara tahun 1405 hingga 1433. Sejarahnya, Cheng Ho pernah berlayar ke Jawa, Palembang, Malaka, Arab, India, dan konon hingga ke Amerika. Dia berlayar bukan untuk berperang demi menaklukan suatu daerah, tapi untuk perdamaian dan menjalin persahabatan dengan kerajaan-kerajaan yang dikunjunginya.
Setelah mendarat di kawasan pantai utara di Semarang, Laksamana Cheng Ho lantas menyuruh anak buahnya mendirikan rumah ibadah yaitu masjid yang lambat laun berubah fungsi menjadi kelenteng. Namun, ada versi lain menceritakan kalau Laksamana Cheng Ho memang membangun masjid dan kelenteng di tempat yang disinggahinya di Semarang itu.
Dari dulu hingga kini, masyarakat asli Semarang dan Tionghoa pun hidup dengan akur dan berdampingan. Hal tersebut pun tak lepas dari perjalanan Laksamana Cheng Ho ke Jawa. Misinya untuk menyebarkan perdamaian dan menjalin persahabatan pun terbukti berhasil. Tak hanya itu, Laksamana Cheng Ho juga sempat menyebarkan ajaran Islam dan bercocok tanam pada masyarakat setempat.
Nama masjid Cheng Ho merupakan bentuk penghormatan pada Cheng Ho, Laksamana asal Cina yang beragama Islam. Dalam perjalanannya di kawasan Asia Tenggara, Cheng Ho bukan hanya berdagang dan menjalin persahabatan, juga menyebarkan agama Islam.
Perpaduan Gaya Tiongkok dan Arab memang menjadi ciri khas masjid ini. Arsitektur Masjid Cheng Ho diilhami Masjid Niu Jie (Ox Street) di Beijing yang dibangun pada tahun 996 Masehi. Gaya Niu Jie tampak pada bagian puncak, atau atap utama, dan mahkota masjid. Selebihnya, hasil perpaduan arsitektur Timur Tengah dan budaya lokal, Jawa. Arsiteknya Ir. Abdul Aziz dari Bojonegoro.
Berikut beberapa Masjid Cheng Ho di Indoensia yang telah dibangun.
1. Masjid Cheng Hoo Surabaya
Ornamen masjid ini kental dengan nuansa China; dengan pagoda berelief naga dan patung singa di bagian depan. Sementara nuansa islam bangunan ini terlihat dari peletakan beduk di sebelah kiri, dan lafaz Allah dalam huruf arab di bagian puncak pagoda.
Selain itu, keunikan masjid ini juga terlihat dalam penyatuan makna angka kepercayaan dalam bangunan berukuran 11 meter x 9 meter ini. Angka 11 merupakan ukuran Ka’bah pada saat baru dibangun, sementara angka 9 melambangkan Wali Songo.
Berdasarkan data setempat, masjid ini dibangun atas gagasan para pengurus Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho beserta pengurus organisasi muslim cina serta tokoh masyarakat Tionghoa di Surabaya pada bulan Maret 2002 dan diresmikan tujuh bulan kemudian pada tahun yang sama.
Dengan luas tanah sekitar 240 meter persegi dan bangunan seluas 99 meter persegi, masjid ini dirancang mampu menampung hingga lebih dari 200 jemaah.
- Hotel dengan pemandangan kamar mandi yang luar biasa
- 5 Aplikasi wajib saat berkunjung ke China
- 5 Film Indonesia dengan artis kembar
2. Masjid Cheng Hoo Pandaan, Pasuruan
Lantai dasar bangunan ini digunakan untuk pengunjung yang ingin melihat-lihat sekaligus juga ruang pertemuan. Sementara ruang sholat disediakan terpisah di lantai 2.
Seperti cirri khas Masjid Cheng Ho yang telah ada, arsitektur bangunan ini juga memadukan unsur budaya Islam, budaya Jawa dan China. Warna hijau, kuning, dan merah mendominasi bangunan ini, yang terlihat pada warna atap model Joglo khas Jawa dengan ornamen khas China dibagian tepi atap.
Selain menjadi tempat ibadah, Masjid ini juga kerap dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Pasalnya, lokasi masjid ini terletak di pusat kota tak jauh dari terminal dan pasar buah yang terkenal.
3. Masjid Cheng Hoo palembang
Berdiri di atas lahan seluas 5.000 meter persegi, sementara bangunannya berukuran 25 x 25 meter (525 meter persegi) dan terdiri atas 2 lantai. Lantai pertama digunakan untuk jemaah pria, sementara lantai dua digunakan khusus untuk jemaah wanita, yang secara keseluruhan mampu menampung hingga lebih dari 600 orang.
Meski tergolong baru, namun dibandingkan dua masjid lainnya, Masjid Cheng Ho di Palembang ini boleh dibilang memiliki keterkaitan sejarah yang lebih kuat. Konon menurut sejarah, selain berkunjung untuk menyebarkan agama Islam, Laksamana Cheng Ho juga sempat membantu menumpas perompak yang sempat meresahkan penduduk dan pedagang di Sriwijaya kala itu.
Selain bangunannya yang lebih luas, keunikan masjid ini adalah arsitekturnya yang menggabungkan ornamen Palembang, China, dan Arab dengan pilihan warna merah dan hijau giok. Dua buah pagoda setinggi 17 meter bertingkat lima yang dibangun di bagian sisi kiri dan kanan masjid bagian belakang. Jumlah tingkat dalam pagoda melambangkan shalat fardu 5 waktu dalam sehari semalam yang berjumlah 17 rakaat. Sementara ornamen khas Palembang berupa tanduk kambing dapat dilihat di puncak pagoda.
Sementara bangunan masjid sendiri merupakan perpaduan antara Masjid Cheng Ho di Surabaya dan Pasuruan, namun lebih didominasi warna merah muda dan hijau.
Masjid Cheng Ho Palembang mulai dibangun pada tahun 2003 dan diresmikan pada tahun 2006 dengan nama lengkap Masjid Al Islam Muhammad Cheng Ho Sriwijaya Palembang.
4. Masjid Cheng Hoo Kutai Kartanegara
Jika kita melewati Dusun Tani Maju, Desa Batua Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara, tampak Masjid yang bernama Masjid Muhammad Cheng Ho, yang dibangun diatas tanah 53 x 23 dan diatasnya berdiri bangunan Masjid Cheng Ho dengan luas bangunan 14 x 14 dan dibangun tepatnya tahun 2006 dan mulai difungsikan sebagai Masjid sejak tanggal 7 Juli 2007 bertepatan bulan puasa.
"Masjid ini dibangun sejak tahun 2006 dan mulai difungsikan pata tanggal 7 Juli 2007 bertepatan bulan suci Romadhon dan yang memberi nama masjid ini bapak H.M. Jos Soetomo yang diberi nama Masjid Muhammad Cheng Hoo" Kata H. Sofyan anwar Ketua Takmir Masjid Chengho yang didampingi pengurus lainnya.
Peresmian Masjid Chenggho ini tahun 2007 yang diresmikan langsung oleh Gubernur Kalimantan Timur Dr H Awang Faroek Ishak, dan dihadiri oleh bupati Kutai Kertanegara Rita Widyasari, S.Sos, MM serta pejabat lainnya, tambahnya
5. Masjid Cheng Hoo Purbalingga
Struktur bangunan Cina / Tiongkok dan menyerupai klenteng serta warna – warna lampu bagai lampion menambah keunikan Masjid Cheng Ho. Walau dimalam hari (Setelah Isya) kita tak dapat memasuki Masjid Cheng Ho, tetap daya tarik fotografer untuk mengabadikannya tetap tinggi.
Masjid Jami PITI Muhammad Cheng Hoo menjadi suatu bukti terdapatnya keberagaman agama, suku maupun ras dalam kehidupan bermasyarakat di Purbalingga. Hal ini menjadi suatu kekuatan yang luar biasa. Para muslim Tionghoa memanfaatkan Masjid Jami ini sebagai sarana tempat berkumpul mereka untuk menyiarkan dakwah dan pendidikan Islam.
Senjata alat pembunuh tidak banyak dalam kapal itu, yang banyak adalah ‘senjata budi’ yang akan dipersembahkan kepada raja-raja yang diziarahi. (Buya Hamka)
http://lifestyle.liputan6.com/
http://www.academia.edu/
http://www.yukpegi.com/
http://gadoga-wildansari.blogspot.com/
http://www.goindonesia.com/
http://www.kemanusiaannews.com/
http://www.lebaran.com/
http://www.beritalima.com/
http://travel.detik.com/