Mereka Yang Pantang Menyerah, 10 Profesi Tuna Netra

10 Profesi Tuna Netra


1. Teknisi Tunanetra
Teknisi Tuna Netra

Pada tanggal 25 Juli 2011 program acara “Orang Pinggiran” di stasiun TV Trans 7 mengangkat kisah tentang seorang pemuda tunanetra, bernama Endang, yang memiliki kreativitas tetapi belum terjangkau oleh pelayanan. Endang memiliki keterbatasan penglihatan tetapi dapat memperbaiki radio, membuat layang-layang dan lainnya. Keterbatasan pengetahuan orang tuanya menyebabkan Endang tidak merasakan duduk di bangku sekolah, sehingga dia mengalami buta aksara awas maupun Braille. BPBI
Abiyoso Cimahi yang diprakarsai oleh Kepala Lembaganya, Dra. Lilit Maskuroh, MM, tergerak untuk memberikan jangkauan pelayanan kepada Endang sesuai dengan Visi BPBI Abiyoso.
Kepala BPBI Abiyoso menugaskan Kepala Seksi Kerjasama Kelembagaan untuk menelusuri keberadaan Endang dengan menghubungi Kru Trans7. Pada tanggal 12 September 2011, Kepala Seksi Kerjasama Kelembagaan, Drs. Yusuf Pardiono, dan Fungsional Penyuluh Sosial, Irwan Hermansyah, S.ST, melakukan penjajagan ke tempat tersebut. Rumah Endang berjarak sekitar 13 km dari Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut dan tidak dapat dijangkau menggunakan kendaraan roda empat. Untuk mencapai lokasi tersebut petugas memanfaatkan jasa tukang ojek.
Dalam penjajagan petugas mencari informasi tentang Identitas, Latar Belakang Keluarga, Latar Belakang Kehidupan, Hambatan/permasalahan, Potensi yang dapat dikembangkan, Harapan Masa Depan.Dari hasil kegiatan penjajagan tersebut, potensi yang dimiliki Endang cukup baik yaitu dapat memperbaiki radio dan membuat layang-layang hanya faktor ekonomi yang tidak mendukung untuk mengembangkan potensinya. Keinginannya untuk mempelajari Braille pun cukup tinggi karena ia ingin menjadi guru ngaji yang memerlukan kemampuan membaca huruf Braille.


2. Tukang Batu Tunanetra
Tuna Netra

Namanya Pak Rono, dia seorang pekerja keras. Dahulu, ia adalah pegawai pabrik. Karena kecelakaan kerja, ia kehilangan penglihatannya. Sekarang rutinitasnya sehari-hari adalah sebagai pemecah batu bata sisa di depan toko bangunan, yang terletak di sekitaran Cipinang. Tubuhnya kecil, tetapi tenaga dan daya juangnya hebat. Ia dapat memecahkan sisa-sisa batu bata yang sudah tak terpakai itu menjadi serpihan pasir hingga berkarung-karung banyaknya. Nanti, karung pasirnya itu dibeli kembali oleh toko bangunan sebagai bahan pencampur adukan semen. Ya, ia menjual hasil karyanya. Pak Rono anti meminta dan mengemis.
Suamiku mengenal beliau sejak remaja. Kekagumannya pada sosok Pak Rono tidak hanya sebatas perjuangannya dalam menghadapi cobaan hidup, tetapi juga pada keshalehannya. Walaupun ia tak dapat melihat dan bekerja keras sepanjang hari, tetapi sholatnya tepat waktu dan selalu berjamaah di masjid.
Kemarin aku ikut bersilaturahmi ke tempat bekerja Pak Rono. “Pabrik batu” miliknya ada di sudut jalan mengarah ke jalan raya. Ada rasa iba melihat kondisi yang tersaji di depan mataku. Kasihan melihat seorang lelaki yang sudah tidak muda lagi, berjuang untuk terus hidup dan menghidupi keluarganya. Ditambah lagi dengan kekurangan pada fisiknya. Hampir menangis aku, ketika memperhatikan ia sangat berusaha menajamkan pendengarannya untuk dapat mengenali kami yang datang.
Pak Rono terlihat senang dikunjungi. Senyum pun tak pernah henti terkembang di wajah penuh peluh itu. Doa-doa terbaik terus ia panjatkan untuk kami. Nasihat-nasihat dan kata pujian kepada Sang Pencipta, serasa tak cukup ia sampaikan dalam perbincangan di pagi hari itu.
Sekarang aku tau rahasianya bertahan hidup. Rasa syukurnya melebihi segala permasalahan hidupnya. Rasa syukur itulah yang membuat hidupnya penuh berkah. Ketika indera penglihatannya diambil oleh Yang Memiliki, ia malah bersyukur, sekarang bisa bekerja yang bebas waktunya. Bisa solat di masjid berjamaah kapanpun ia mau. Ketika penantian 30 tahun mendambakan keturunan belum diijabah, ia masih berprasangka baik bahwa Allah masih mempersiapkan dirinya dan istri untuk menjadi sepasang orang tua. Ketika harta dan gemerlap dunia tak bersahabat dengannya, ia asyik berbagi dengan anak-anak asuh yatim piatu di sekitarnya.
Ia mengatakan bahwa Allah Maha Kaya. Kalau kita bekerja Lillahi ta’ala untuk beribadah, nanti Allah yang akan memberi rizki. “Ya, seperti hari ini, pasti ada saja rezeki yang Allah bagi saya” begitu katanya. Uang sedekah orang-orang kepada dirinya, tak dimakan seorang diri. Ia masih memikirkan untuk berbagi, bersedekah, beramal untuk bekalnya kelak di akherat. Karenanya, dia menyantuni anak-anak asuh. Mungkin Allah belum menjadikannya seorang ayah dari anak yang dilahirkan oleh istri beliau. Tapi, kalau tidak salah dengar, anak asuhnya ada 30 orang. Jumlahnya genap seperti tahun-tahun yang dilewatinya untuk menantikan keturunan. *Mashaallaah*
Mengenal mahluk ciptaan Allah ini membuat diriku serasa kerdil. Seperti tak tau bersyukur diri ini, mengingat masih sering mengeluh tentang dunia. Jadi malu hati ini, yang sering menganggap Allah tidak adil membagikan anak keturunan. Tertampar habis-habisan rasanya bila mengingat diri sering disibukan oleh dunia sehingga lalai dalam mengerjakan solat. Padahal fisik sempurna, usia belum menua, ilmu berlimpah. Mengapa amalku belum seberapa dibandingkan Pak Rono? Apa yang salah?…


3. Petani Tuna Netra
petani

Demi menyambung hidup, Muhammad Arif (47),  seorang penyandang tuna netra di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan harus bekerja sebagai petani dan beternak. Terbukti, keterbatasannya ternyata tak bisa membatasinya untuk sukses melakoni pekerjaannya bersama isteri tercinta. Dari hasil jerih payahnya selama bertahun-tahun, pria ini mampu membeli sebidang tanah untuk rumah hunian serta tiga petak sawah, berikut empat ekor sapi.
Apa yang dilakukan Arif bukan tanpa tantangan. Saat mengembalakan ternak. warga Lingkungan Pakkawarue, Kelurahan Tanete, Kecamatan Cina, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan ini harus berjuang sangat keras. Pasalnya, selain harus menggembala sapinya ke kebun milik warga, setiap hari ia juga harus memotong rumput untuk pakan. Belum lagi, ketika sapinya mengamuk meski tali kekang sudah ada digenggamannya. Jika demikian adanya, kesabaran dan keteguhan Arif yang mengalahkan segala kesulitan itu.
Arif mengaku  mengalami kebutaan sejak ia masih berusia tiga tahun, akibat penyakit katarak. Pria ini pun hingga sekarang tak mengetahui siapa orangtua yang melahirkannya, karena ia tinggal di panti asuhan kecil. "Saya besar di panti asuhan jadi saya tidak tahu siapa orangtuaku karena katanya saya ini anak dibuang," ujar Muhammad Arif mengisahkan perjalanan hidupnya, Senin (2/7/2012).
Awalnya penyandang tuna netra ini bukanlah seorang petani, dulunya ia bekerja sebagai tukang pijat keliling di Kota Watampone Kabupaten Bone. Namun karena kerasnya persaingan membuat Arif memilih mencari usaha lain. "Sampai sekarang saya pintar urut orang, apalagi kalau cuma sakit rematikInsya Allah bisa saya sembuhkan. Saya berhenti karena di kota sudah banyak panti pijit dan salon plus-plus," ujar Arif kembali sambil tertawa.
Kini Arif lebih bersyukur, karena tidak lagi mengandalkan bantuan orang lain. Arif hanya berharap agar segera memiliki keturunan, sebab sejak 10 tahun pernikahannya, ia belum dikaruniai momongan. Saat Kompas berpamitan untuk pulang, ia sempat berpesan agar menghilangkan rasa putus asa dalam hidup.
Arif mencontohkan dirinya yang buta namun bisa sukses dan bahagia di dalam rumah tangga bersama sang isteri. "Dalam hidup tidak usah banyak berpikir kalau kita kekurangan, jalani saja apa adanya, dan jangan terlalu banyak berharap sama bantuan orang. Kalau hati kita yakin untuk dapat mengerjakan pekerjaan itu maka kerjakan Insya Allah pasti selesai," kata Muhammad Arif.
Penjual Sapu

Pernah melihat seorang tuna netra berjalan menggunakan di trotoar menggunakan tongkatnya? Ia menggunakan tongkat sebagai alat bantu berjalan. Bukan, bukan Si Buta dari Gua Hantu. Tidak ada si Kliwon yang nongkrong di bahunya.
Si Buta dari Gua Hantu berjalan di hutan atau pedesaan. Sementara Bapak ini berjalan di pinggir jalan raya di tengah Hutan beton & gedung. Resikonya lebih besar. Ada kendaraan lalu lalang yang membahayakannya.
Yang membuatku lebih kagum, Bapak tuna netra ini menyunggi barang dagangannya berupa keset dan sapu di atas kepalanya. Persis seperti ibu-ibu penjual lupis & sate yang keliling di desaku. Iya, di atas kepalanya.
Aku sulit membayangkan. Konsentrasi untuk menjaga keseimbangan benda di atas kepalanya, menggerakkan tongkat bantunya, dan memprediksi jalan di depannya. Ia melakukkannya dalam satu waktu sekaligus.
Aku ingin menangis. Sungguh. Penyebabnya bukan karena aku kasihan dengan Bapak hebat ini. Namun aku merasa betapa aku selama ini kurang mensyukuri nikmat yang dianugerahkan Tuhan padaku.
Dititipi mata yang bisa melihat, tapi sering digunakan untuk maksiat. Jarang menggunakannya untuk membaca ayat-ayat Nya. Ah, Tuhan benar-benar Ar-Rahman, Maha Pengasih.

5. Penjual Kemoceng Tuna Netra
Penjual Kemoceng

Kemarin siang selepas shalat Dhuhur di Masjid Kampus, saya rebahan sejenak salah satu tiang masjid. Di sebelah saya ada tumpukan keset dan kemoceng. Beberapa saat kemudian, seorang pria paruh baya yang tunanetra berjalan mendekati saya. Ternyata keset dan kemoceng itu barang dagangannya.
Pak Suwaji namanya. Usianya 55 tahun, tinggal di Sewon, Bantul. Dengan kondisi fisiknya yang tidak bisa melihat, setiap hari ia memanggul keset dan kemoceng berjalan kaki menyusuri jalanan kota Jogja. Itu sudah dilakukannya bertahun-tahun untuk menghidupi keenam anaknya. Saat ditanya alasan mengapa ia tetap keluar rumah untuk berdagang, ia menjawab sederhana, "Saya ndak mau menyusahkan orang lain, mas."
Yang membuat saya kagum, Pak Suwaji ini selalu rutin shalat Dhuhur di masjid kampus shalat Ashar di masjid Mardiyah dekat RSUP dr. Sardjito. Kondisinya yang kehilangan penglihatan tak menghalanginya untuk tertib melangkahkan kaki ke masjid saat mendengar kumandang adzan. Masya Allah.
Bagi saya, orang-orang seperti pak Suwaji ini adalah orang mulia. Dengan keterbatasan fisiknya, ia tidak menistakan dirinya dengan meminta-minta. Apalagi ia selalu rajin shalat ke masjid menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim, meski harus meraba-raba jalan yang ia lalui.
Rasulullah bersabda:
“Sungguh salah seorang diantara kalian pergi mencari kayu bakar dan memikul ikatan kayu itu di punggungnya, itu lebih baik baginya dari pada ia meminta-minta kepada orang lain, baik orang lain itu memberi ataupun tidak memberinya.” ~HR Al Bukhari
Jika Pak Suwaji yang tunanetra saja rajin shalat jama'ah ke masjid dan semangat bekerja, lantas bagaimana dengan Anda?

6. Tukang Koran Tuna Netra
Penjual koran

Dia tak setenar Mario Teguh dengan Golden Ways nya, tak se-keren Merry Riana dengan mimpi sejuta dollarnya, dan tak secerdas Dokter Ryan Thamrin dengan acara dokter Oz nya.
Tapi beliau, hanya seorang lelaki santun penjual koran. Beliau memotivasi kami dengan cerita hidupnya yang mungkin belum menjadi jalan emas, menceritakan impian hidupnya yang mungkin tak bercita sampai satu juta dolar penghasilannya, namun beliau punya klinik. Sama-sama memberi manfaat bagi pasiennya.
Oke. Pagi itu tanggal 22 Agustus 2013. Aku dan Adit memang berencana menemui beliau. Kami menemuinya di pinggir Jalan Pramuka kota Bandarlampung, agak masuk kedalam persimpangan lampu merah. Target kami memang si Bapak, karena si Bapak ini menginspirasi. Beliau hanya penjual koran. Namun.. kita bisa lihat perbedaan si Bapak. Di jalan Pramuka di pagi hari memang berhamburan tukang koran, dari yang kanak-kanak sampai yang bapak-bapak. Yang berbeda adalah Bapak ini Tuna Netra. Ya, penjual koran yang hanya mengenal satu warna—hitam.
Aku menemui beliau pagi itu, terlihat beliau sedang terduduk di pinggir jalan, mungkin hendak istirahat dari sengatan sinar matahari yang kian meninggi, saat itu pukul 10 pagi. Padahal aku selalu melihatnya saat melintas di jalan itu tiap pagi, beliau hanya berdiri, memakai rompi orange, dengan topi yang sedikit menutupi matanya, dan menunduk, kemudian ditangan kirinya ada koran harian yang menampilkan berita utama hari itu, tak lupa ditangan kanannya terdapat tongkat yang selalu menemaninya.
Sebelum kami mendekatinya, beliau bangun, berjalan perlahan-lahan. “Laah kok pergi Dit, bapaknya?”
Setelah parkir, Adit memanggil si bapak sembari bilang mau beli koran. Diberikannya koran harian itu. Adit memberikan selembar uang kertas bewarna hijau.
“Makasih Mas, ini uangnya susuk gak ya?” tanya si Bapak sambil meraba sisi uang kertas.
“Enggak Pak, itu uang pas pak…” tutur Adit.
“Iya Pak, itu uang pas..” tuturku menambahi
“Oo yasudah. Alhamdulillah. Semoga mas sama mbaknya sukses ya… sehat terus.. murah rezeki.. Aamiin,” tutur si bapak penuh doa. Kemudian beranjak duduk di tangga sebuah toko yang sedang tutup. Saat itulah kami mulai mendekati si bapak. Berbicara perlahan dan ternyata respon si Bapak sangat baik, menjawab yang kami tanyakan dengan sangat lengkap.
Kebetulan saat itu beliau hendak beristirahat, duduk didepan ruko yang sedang tutup. Kami mendekati beliau. Adit yang mulai bertanya. Namanya Bapak Indra Gunawan.
“Saya anak pertama dari 10 bersaudara mas, tapi Alhamdulillah hanya saya yang cacat.. sejak kecil saya tinggal di Panti Sosial, disana diajarkan segala hal mulai dari mengurusi bayi, menyapu, mencuci, membaca hurup braile, memasak, sampai cara menghidupkan mesin cuci. Kata pengajar disana, siapa tau kami kelak jadi orang kaya, jadi gak bingung hidupin mesin cuci. Hehe..” tutur pak Indra panjang lebar sambil tersenyum simpul.
Pak Indra mulai jadi penjual koran sejak januari 2013 ini. Awalnya dirinya pengangguran. Meskipun sudah lulus dari pendidikan di Panti Sosial khusus penyandang tuna netra. Setiap setahun 2x beliau dan penyandang Tuna netra yang lain diberi santunan uang dan sembako oleh perusahaan koran di Lampung. Terbitlah keinginan Pak Indra untuk membuat usul pada sang pemilik perusahaan koran tersebut, untuk memberikan dirinya pekerjaan. Ia ingin sekali bermanfaat, awalnya tak diizinkan, karena khawatir terjadi apa-apa, namun akhirnya pak Indra diizinkan untuk menjadi salah satu penjual koran, dengan satu syarat… jangan jualan koran di persimpangan lampu merah yang rawan kecelakaan.
Setiap pagi distributor koran datang kerumahnya, memberikan ia segepok koran. Pak Indra mendapat untung 900 perak dari koran yang ia jual. Sehari biasanya 20 eksemplar koran yang terjual. “Alhamdulillah, rezeki Alloh selalu datang disaat yang gak terduga, ada saja mas, mbak, pembeli yang beli koran dengan uang lebih, membayar lebih tanpa mengharap kembalian, kemudian langsung pergi. Tapi ada juga yang gak membayar, atau membayar korannya kurang. Mungkin mereka tahu saya buta ya.. padahal saya bisa meraba uang yang mereka berikan lewal blind code ini..” ungkap Pak Indra lagi.
“Maaf Pak..” tutur Adit hati-hati. “Bapak sudah berkeluarga?”
“Ooh sudah mas, istri saya itu… jualan koran juga, di ujung sana. Istri saya juga buta. Mas sama mbak suka lihat gak ada perempuan buta sama anaknya jual koran disana? Itu istri dan anak saya, mas..” jawab pak Indra lugas. “Alhamdulillah anak saya normal mas, gak buta kayak orangtuanya. Makanya sejak sekarang saya selalu memberitahu dia untuk maklum, karena memang orangtuanya buta, supaya sejak sekarang anak saya ngerti sama keadaan orangtuanya..”

7. Teknisi Komputer Tuna Netra
Teknisi komputer

Bagi Sugiyanto(47)warga RT 2 RW 1 Kelurahan Lugosobo KecamatanGebang, Purworejo dunia ini tampak gelap gulita. Garis takdirnya memiliki keterbatasan fisik, matanya buta.
Tapi selalu ada hikmah di balik setiap penciptanNya. Meski ditakdirkan buta matanya, tapi Sugiyanto seperti dianugerahi Mata Tuhan yang menuntunnya menjalani kehidupannya.
Tentu tidak serta merta Mata Tuhan itu diperolehnya. Kerja keras, semangat belajar, serta doa dan tawakkal yang konsisten dijalaninya seakan membuat Sang Penguasa memurahkan pencahayaan batiniah untuknya.
Betapa tidak, Sugiyanto mampu menjalankan pekerjaan yang rasanya tidak masuk akal bisa dilakukan oleh orang yang memiliki keterbatasan fisik seperti dia. Bayangkan, dengan Mata Tuhannya, dia mampu memperbaiki perangkat barang-barang elektronik, tak terkecuali dengan perangkat komputer.
Tanganya seakan punya "mata". Anggota tubuh itu menjadi andalannya setiap kali memperbaiki peralatan elek-tronik yang rusak. Hanya cukup mera-banya saja, Sugiyanto sudah mampu mendiagnosa kerusakan dan kemudian mem-perbaikinya seperti tukang reparasi lainnya yang memiliki penglihatan sempurna.
Sugiyanto memang termasuk tuna netra yang unggul. Dia menguasai berbagai ilmu. Tak hanya memiliki kepiawaian memijat seperti tuna netra kebanyakan, dia juga mampu menyelesaikan kuliahnya di IKIP PGRI Wates dengan jurusan Bimbingan Konseling pada 2010.

8. Montir Tuna Netra
Montir

Liputan6.com, Payakumbuh: Seorang tunanetra bernama Romi Refrizon di daerah Tanjung Pati, Payakumbuh, Sumatra Barat, sukses menjadi montir sepeda motor. Dengan tekun dan teliti Romi mampu memperbaiki hampir semua jenis sepeda motor. Mulai dari perawatan ringan seperti servis karburator hingga turun mesin. Demikian pemantauan SCTV, belum lama ini.
Romi mengaku telah 13 tahun bekerja sebagai montir. Bahkan dirinyalah satu-satunya montir sekaligus pemilik bengkel di jalan yang menghubungkan Payakumbuh dengan Pekanbaru, Riau ini. Menurut pria berusia 27 tahun, ia kehilangan penglihatan karena kecelakaan. Bola mata kanannya tertusuk ranting kayu. Buta di mata kanan itu segera merembet ke mata kiri.
Sebenarnya dulu banyak yang meragukan kemampuan Romi. Namun berkat kegigihan, ia membuktikan bisa membuat pelanggan bengkelnya puas. Tidak hanya itu, semangat hidupnya untuk mandiri membuat orang kian menghargainya. Pemuda ini yakin pekerjaannya jauh lebih terhormat daripada meminta belas kasihan orang.

9. Penambal Ban Tuna Netra
Penambal ban

Pernahkah ban motor anda bocor saat anda sedang mengendarainya? tentu saja sebagian dari anda pernah mengalaminya, tapi bagaimana jika tukang tambal yang anda temui itu adalah seorang tuna netra. Mungkin anda belum tentu bertemu dengan penambal ban yang  tuna netra seperti yang saya temui.
Inilah yang saya alami beberapa waktu yang lalu, jam telah menunjukan pukul 8 malam saat motor yang dikendari kakak saya tiba-tiba ban nya terasa bocor. Kami berhenti sesaat untuk memeriksa keadaan ban motor tersebut, setelah dilihat benar saja ban tersebut bocor parah banget. Setelah berpikir dimana kami bisa menemukan tukang tambal ban didaerah itu akhirnya kami memutuskan mendorong  motor tersebut sampai ketempat tambal ban.
Selang beberapa saat kemudian kami melihat tulisan  dari papan yang berbunyi “tambal ban motor dan mobil”  Ternyata sebelum kami datang sudah ada orang yang juga sedang menambal ban motornya. Kami terpaksa menunggu beberapa menit kemudian, setelah saya perhatikan ada keanehan dalam diri penambal ban tersebut.
Saya lihat ia selalu meraba-raba dahulu alat yang ia gunakan, saya terus memperhatikan si bapak itu. Setelah motor orang itu sudah selesai di tambal bannya saya melihat ia memberikan uang bayarannya sambil berkata ini pak  8 ribu ya. Sementara bapak penambal ban hanya mengangguk.
Giliran ban motor saya yang ia periksa, alangkah terkejutnya saya ternyata si bapak penambal ban itu matanya sangat tak terlihat. Dengan cekatan ia mencari dibagian mana ban yang bocor walau ia harus meraba-raba dengan  hati-hati  sekali. Seorang ibu penjual makanan di dekat situ berkata kepada saya  bahwa bapak penambal ban itu seorang tuna netra.
Iseng-iseng saya bertanya “Namanya siapa pak?” dalam bahasa jawa ia menjawab “kulo Sugiyat”
“Usianya berapa pak?” tanya saya lagi “kulo lahir 1950″
“Sudah lama pak jadi penambal ban gini?” tanya saya sambil memperhatikan pak Sugiyat memeriksa ban tersebut  ”Dari muda mbak.”
“Anaknya berapa pak?” tanya saya lagi “Anak 3 sudah punya keluarga semua, yang satu suami anak saya gak ada, makanya sekarang anak dan cucu tinggal bareng saya, kalau istri saya  sudah meninggal beberapa bulan yang lalu.”
“Bapak gak berhenti bekerja pak?” ucap saya “wah kalau saya berhenti bekerja bagaimana  makan anak dan cucu yang tinggal dengan saya mbak. Kalau siang saya tambal ban dirumah, kalau malam baru saya kepingir jalan begini.” ucapnya lagi sambil tak henti ia mencari letak bocor ban motor kami.
Obrolan kami terhenti, karena pak Sugiyat berkata bahwa ia tak menemukan letak bannya yang bocor. Akhirnya ban tersebut dipasang kembali dan dipompanya. Seteleh selesai ia memeriksanya kembali dan meyakinkan bahwa ban tersebut  benar tak bocor mungkin karena pentilnya tak dipasang dengan benar hingga angin didalam ban sampai habis keluar.
“Mbak, bayar  tambah angin saja, 2000 rupiah soalnya ban nya gak bocor” ucap pak Sugiyat.
Saya mengeluarkan uang (maaf disensor)  kepada pak Sugiyat, ” Ini ***** buat bapak”
“Mbak kalau segitu kebanyakan.” ucap pak Sugiyat sambil mengembalikan uang yang saya berikan. “Saya tidak bisa menerima uang ini karena belas kasihan saya sebagai  seorang tuna netra, mbak bayar 2000 saja ya.”

10. Penjual pulsa Tuna Netra
Penjual pulsa

Ismail (39), seorang tunanetra sukses dalam membuka usaha penjualan pulsa. Kendati kondisi kedua bola matanya tidak dapat melihat, namun usaha yang ditekuni pria yang bermukim di Desa Batu, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan itu kini dapat membangun rumah serta kios sederhananya.
Ditemui di kios yang diberi nama "Mutiara Alam", Ismail yang awalnya pedagang bahan campuran di rumah orang tuanya banting setir menjadi penjual pulsa, dikarenakan keuntungan yang didapat dari penjual bahan campuran tidak begitu menguntungkan. Dengan bermodal telepon genggam bekas pemberian saudaranya, Ismail membuka usaha penjual pulsa.
Dari modal nekat dan percaya diri itulah, Ismail memberanikan diri dengan meminta kepada seorang sepupunya bernama Andi Ita untuk diajarkan berjualan pulsa khususnya pulsa elektrik yang mengenakan ponsel. Hanya butuh satu bulan, Ismail dapat menguasai seluruh tombol-tombol yang ada ponsel. Dari situlah, Ismail yang bermodal Rp.1.000.000 akhirnya dapat menjual pulsa elektrik.
"Modal awalku seratus ribu rupiah khusus menjual pulsa elektrik, perputarannya cepat dan menguntungkan saya akhirnya memutuskan untuk berhenti berjualan bahan campuran," kata Ismail, Rabu (04/04/2012).
Ismail melanjutkan, untuk soal hitung menghitung uang hasil jualannya, terkadang ia masih membutuhkan bantuan saudara atau orang tuanya. Setelah berjalan empat tahun dengan keuntungan yang didapat Ismail bisa mencapai Rp.2.000.000 lebih perbulannya itu, akhirnya Ismail membangun rumah yang disertai kios. Karena usahanya cukup berhasil, Ismail kemudian menambah jualannya dengan menjual berbagai macam produk pulsa voucher dan nomor ponsel.
Selama menjalani usahanya itu, Ismail mengaku tidak pernah melakukan kesalahan dalam mengirimkan pulsa ke nomor pelanggannya. Semua yang dituju selalu berhasil dan tidak pernah mendapat keluhan dari pelanggannya.


source:
http://abiyoso.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=46
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/04/11/penambal-ban-itu-seorang-tuna-netra-453423.html
http://news.liputan6.com/read/140416/tunanetra-mampu-memperbaiki-sepeda-motor
http://yafi20.blogspot.com/2012/05/kisah-penderita-tuna-netra-beprofesi.html
http://sosok.kompasiana.com/2013/11/16/-dosen-tuna-netra-kami-611348.html
http://permatakebaikan.blogspot.com/2014/06/penjual-kemoceng-tunanetra.html
http://kangridwan.wordpress.com/2012/01/13/tuna-netra-penjual-sapu-keliling/
http://investigasiberita.blogspot.com/2012/07/pria-tuna-netra-sukses-sebagai-petani.html#.VEbMfVcqzvs
http://www.anggianunik.com/belajar-dari-tukang-batu-tuna-netra/
http://pontianak.tribunnews.com/2012/04/05/hebat-tuna-netra-jualan-pulsa
bila mana terdapat kesalahan, mohon diralat, Terima kasih.

Subscribe to receive free email updates:

Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar Yang Anda Sukai

26 comments

Salut sama perjuangan dan kerja keras beliau2 mas
Meski mengalami keterbatasan fisik gak ngebuat repot orang disekitarnya
:)

Balas

hebat hebat ya, mereka yang kurang aja bisa, kenapa kita ngak ya

Balas

artikel yang sangat bagus mas

Balas

Ada penambal ban Tuna Netra juga ya. Hmmm. Menarik nih
Soalnya yang beredar di sosial media adalah penambal ban wanita berparas cantik

Balas

bisa memotivasi kita nih mas
mereka saja yg kekurangan secara fisik masih bisa apalagi kita yg normal

oya salam kenal

Balas

sama saya juga salut, emangnya sih budaya pantang menyerah ini harus kita patri dalam jiwa dan raga sampe titik darah yang penghabisan serta biarkan sampai berkalang tanah dalamjiwa dan sanubari anak muda Indonesia yang sekarang sedang bangkit menuju kemanangan yang hakiki dunia dan akherat serta mengisi kemerdekaan Republik Indonesia yang adil dan makmur sejahtera sepanjang masa
PANTANG MENYERAHLAH wahai kawan

Balas

saluut...inspiratif

yang kekurangan dari sisi fisik saja masih berjuang...luar biasa

Balas

masya allaah, ini memberikan inspirasi buat kita semua pasti.
mereka yang diberikan keterbatasan, tidak mengurangi semangat untuk terus berkarya.

Balas

yaa allahh subhannalllah saya merinding gan bacanya :3 sangat bagus ini untuk motivasi diri :) saya izin Dopy yah kang :) dan salam kenal aja dari Cinta Teknologi

Balas

Subhanalloh orang yang kekurangan tapi masih punya kemampuan untuk melakukan yang belum tentu orang normal bisa melakukannya :')

Balas

Wah, salut. Ini bukti bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan fungsinya masing-masing. Gak ada orang yang useless :) Jadi ingat 1 teman SMA dan 2 teman kuliahku juga tunanetra, tapi mereka saja saja seperti aku, gak ada bedanya :) Aku malah ngefans sekali dengan Tommy Edison, youtubers tunanetra yang punya sense of humor super keren! ;)

Balas

Subhanallah, teknisi komputer tuna netra itu patut dijadikan contoh. Dia saja yang tuna netra bisa jadi teknisi komputer.

Balas

suka duka penjual kerupuk, mereka suka ditipu oleh para pembeli kerupuk mas, dengan memberi duit 20rb an dan meminta kembalian, padahal yang diberi itu duit 2 ribuan, namun ada beberapa tuna netra yang mampu meraba pecahan duit kertas sehingga tak mudah tertipu.

Balas

Luar biasa mereka dengan keterbatasan membuat penghasilan untuk diri sendiri.

Balas

hebat juga ya pantang menyerah, salut sama mereka

Balas

yang saya salut dari 10 orang itu mereka pantang menyerah dan terus berjuang dengan teguh dalam keterbatasan....ini patut kita contoh gan...minimal berjuang dalam hidup untuk kehidupan kita yang lebih baik....ok semangat gan....jadi semangat ane setelah membacanya.....

Balas

Subhanallah sekali ya mereka. Semoga rezekinya dimudahkan selalu. :)

Balas

seorang tunanetra aja bisa jadi teknisi.... menakjubkan sekali...

Balas

kita yang lebih lengkap harus berani berjuang juga seperti mereka mas....pantang menyerah

Balas

Cerita Inspirasi ini sungguh inspiratif sekali. Mereka tidak menyerah pada kelemahan mereka.

Balas

Jadi malu sama mereka ya...kita yang dikasih kelengkapan jasmani aja banyak yang bentar2 nyarah sama hidup
Trims infonya gan dan salam kenal

Balas

Wah salut buat mereka semua, pantang menyerah

Balas