Masjid Raya Sumatera Barat, Tampilkan Arsitektur Lokal dengan Konstruksi Masjid Tahan Gempa

Masjid Raya Sumatera Barat, Tampilkan Arsitektur Lokal dengan Konstruksi Tahan Gempa. Tidak hanya memiliki desain yang artistik dan unik, masjid ini juga dirancang sebagai tempat penampungan sementara jika terjadi gempa bumi.

Bangunan masjid identik dengan kubah, namun tidak demikian dengan Masjid Raya Sumatera Barat. Berlokasi di antara Jalan Khatib Sulaiman dan Jalan Ahmad Dahlan, Kota Padang, bangunan berbentuk gonjong ini berdiri megah dengan taman yang luas. Tersedia beberapa jalan turunan (ramp) yang mengarahkan pengunjung ke bangunan utama masjid. Tulisan raksasa di pinggir jalan “Masjid Raya Sumatera Barat” kerap menjadi tempat pengunjung mengabadikan gambar. Sambil menapaki jalan menuju pintu masuk masjid kita bisa menikmati keindahan atap yang menjadi ciri khas masjid ini. Model atapnya bergonjong dengan empat sudut lancip yang antara ujung satu dan lainnya membentuk lengkungan seperti tanduk kerbau. 

Masjid Raya Sumatera Barat, Tampilkan Arsitektur Lokal dengan Konstruksi Masjid Tahan Gempa

Arsitek masjid ini, Rizal Muslimin mengatakan, selain terinspirasi oleh bentuk rumah gadang khas Minangkabau, atap bangunan juga menggambarkan kain segi empat yang digunakan mengusung hajar Aswad. Sebagaimana diceritakan dalam sejarah, keempat suku Qurays berseteru mengenai siapa yang paling berhak meletakkan hajar Aswad usai pembangunan Kakbah. Lalu Nabi Muhammad SAW mendamaikan mereka dengan mengambil selembar kain dan meminta keempat kepala suku memegang ujung kain dan mengusung batu bersama-sama.

Ukiran kaligrafi berpadu dengan motif songket Padang terpampang jelas di dinding atap masjid. Cat berwarna putih yang menjadi dasar atap dan bangunan secara keseluruhan mempertegas warna cokelat dan kuning keemasan yang tampak serasi berdampingan. Menara setinggi 85 meter yang baru diresmikan Januari 2019 lalu menambah aura megah bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 40.343 m2  ini. Menara tersebut dilengkapi lift yang bisa mengantarkan pengunjung menikmati pemandangan Kota Padang dari lantai setinggi 44 meter.

Masjid Raya Sumatera Barat, Tampilkan Arsitektur Lokal dengan Konstruksi Masjid Tahan Gempa

Memasuki bangunan masjid, kita akan bertemu pintu-pintu berbentuk lengkung tapal kuda. Dinding masjidnya dihiasi ornamen segitiga yang di dalamnya terdapat enam sudut yang memiliki makna tiga tungku sajarangan tiga tali sapilin (Ulama, Ninik Mamak dan Cadiak Pandai). Tiga tungku sajarangan tiga tali sapilin merupakan para tokoh yang harus memegang teguh enam rukun iman sebagai pengikat dan pemersatu elemen yang ada di tengah masyarakat. 

Pada dinding bagian dalam terdapat ukiran tempat Al Quran dengan empat sudut yang memiliki filosofi yang bersumber dari adat budaya Minangkabau, yakni tau di nan ampek, atau empat wahyu dari Allah, maksudnya Al Quran, Injil, Taurat dan Zabur. Ruang salat utama berada di lantai dua. Ruangannya sangat luas dengan karpet merah lembut terhampar. Ruang mihrabnya unik, berbentuk bulat telur dengan desain mirip dengan Hajar Aswad. Di atas mihrab menyambung hingga langit-langit terhampar dinding putih dengan ornamen segitiga bertuliskan kaligrafi Asmaul Husna berwarna keemasan.

Masjid Raya Sumatera Barat, Tampilkan Arsitektur Lokal dengan Konstruksi Masjid Tahan Gempa

Adapun di lantai satu masjid terdapat ruang wudu, tempat salat tambahan dan kawasan perkantoran yang mencakup Baznas Sumatera Barat, Dewan Masjid Indonesia, Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) serta ruangan serbaguna dengan kapasitas 300 orang. Sedangkan lantai tiga juga merupakan ruang salat tambahan dan sering menjadi tempat istirahat pengunjung. Kapasitas keseluruhan masjid ini mencapai 20 ribu jemaah. Bangunan yang juga disebut Masjid Mahligai Minang ini, selain menyelenggarakan salat lima waktu, juga menjadi pusat kegiatan keislaman seperti salat Jumat, salat tarawih pada bulan Ramadan, salat Id, iktikaf, juga tablig akbar dan pengajian rutin. Selain itu majid ini juga kerap menjadi lokasi akad nikah. 

Tahan Gempa dan Teknologi Cahaya 
Masjid Raya Sumatera Barat ini dibangun sejak 2007. Di tengah proses pembangunannya terjadi gempa Padang tahun 2009 yang mengakibatkan seribuan lebih korban tewas. Berdasar kondisi tersebut, konstruksi bangunan diperkuat dan dipastikan tahan gempa hingga 10 skala richter. Bahkan, lantai tiga masjid ini juga didesain sebagai tempat penampungan sementara bagi masyarakat jika terjadi gempa dan tsunami. Jalan turunan (ramp) didesain khusus hingga memudahkan pengunjung memasuki masjid untuk berjaga-jaga jika ada proses evakuasi.

Saat malam hari bangunan masjid tampak lebih cantik dengan sentuhan teknologi pencahayaan dari perusahaan pencahayaan global, Signify. Warna lampu masjid bisa diatur sesuai keinginan dan kebutuhan. Misalnya saat menjelang Magrib, ruang salat utama akan diterangi lampu warna kuning keemasan yang berubah menjadi biru kala salat Isya. Saat gelap menjelang, warna warni pelangi akan memancar di antara ornamen atap masjid. Menjadikan masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, namun juga destinasi religi yang menarik bagi wisatawan!


sources:
https://www.raunsumatra.com/home/blog/mesjid-raya-sumatera-barat/
Colours middle East

Subscribe to receive free email updates:

Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar Yang Anda Sukai

No comments