Menikah itu menyehatkan
Sejak 150 tahun yang lalu, para peneliti telah mengetahui efek positif dari sebuah pernikahan. Tak hanya mental yang sehat, pernikahan yang bahagia juga menghasilkan tubuh yang sehat.
Sehat karena menikah
lmuwan Jepang pernah melaporkan bahwa pria yang tidak pernah menikah tiga kali lebih mungkin meninggal akibat penyakit kardiovaskular (gangguan jantung dan pembuluh darah) dibandingkan pria yang sudah menikah.
Ini baru dari satu sisi penyakit. Studi juga penah menyimpulkan bahwa pernikahan memiliki efek positif pada bagi kesehatan. Menikah telah dikaitkan dengan fungsi kognitif yang lebih baik, mengurangi risiko penyakit Alzheimer, meningkatkan kadar gula darah, dan memberikan hasil yang lebih baik bagi pasien yang dirawat di rumah sakit.
- 5 Aplikasi wajib saat berkunjung ke China
- 7 Aplikasi Google yang wajib anda punya
- Pasangan ini bertemu jodoh di game online
Sehat mental dan fisik
Kesehatan mental adalah yang paling menonjol; pria menikah memiliki risiko lebih rendah dari depresi dan lebih puas di masa pensiun dibandingkan rekan rekan yang belum menikah mereka. Keuntungan psikologis pernikahan termasuk mengurangi risiko depresi, tak merasa kesepian, dan memiliki akses yang lebih mudah untuk interaksi sosial.
Pernikahan juga mempengaruhi faktor perilaku, beberapa diantaranya memberikan kontribusi untuk kesehatan kumulatif yang lebih baik. Pria menikah lebih mungkin untuk menerima pemeriksaan rutin dan perawatan medis, mampu menjaga diet sehat, termotivasi olahraga, dan menikmati standar hidup yang lebih tinggi. Pada pria menikah yang tengah sakit, diprediksi mampu menerima perawatan yang lebih baik selama masa sakit.
Sebuah studi jangka panjang di California, Amerika Serikat menyatakan, tingkat kelangsungan hidup pria dengan pasangan lebih baik daripada pria yang tak menikah.
Pria sehat yang kehilangan istri, memiliki risiko dua kali lebih mungkin untuk meninggal dalam waktu tak terlalu lama dibandingkan pria sehat yang masih berpasangan.
Tingkat stress rendah
Selain itu, para peneliti dari University of Chicago, Amerika Serikat menemukan bahwa pernikahan dan komitmen mampu menurunkan hormon stres.
Dario Maestripieri, peneliti dalam studi ini mengatakan bahwa meskipun pernikahan bisa sangat stres, namun seharusnya pasangan bisa lebih mudah menanganinya. Kami menemukan bahwa pernikahan memiliki efek peredam terhadap stres psikologis.
Penelitiannya ini dilakukan pada 500 mahasiswa tingkat master, yang diberi serangkaian permainan komputer stres. Di antara kelompok, 40 persen adalah pria dan 53 persen adalah wanita yang menikah atau berada dalam sebuah hubungan. Temuan yang diterbitkan dalam edisi September 2010 Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism menemukan adanya peningkatan lima kali lipat dalam kemungkinan kematian akibat penyakit jantung ketika tingkat hormon kortisol (stres) meningkat secara drastis.
“Studi yang dilakukan pada individu di atas usia 65 tahun menambah bukti yang meyakinkan bahwa kortisol dapat merusak sistem kardiovaskular,” ujar peneliti Nicole Vogelzangs, PhD, dari VU University Medical Center di Belanda.
Kortisol merupakan regulator penting dari homeostasis dalam tubuh. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar adrenal dan mengontrol tekanan darah, memberikan kontribusi untuk manajemen berat badan, mempengaruhi pelepasan insulin, dan memfasilitasi metabolisme karbohidrat. Terlalu banyak kortisol dalam aliran darah akan menghasilkan lemak di perut, yang mampu meningkatkan risiko sindrom metabolik, stroke, dan penyakit jantung.
sources:
penulis Diah Nuraini, JOY 5-15