5 Kisah pendaki gunung penyandang disabilitas di Indonesia

Difabel atau Disabilitas, mungkin aneh bagi kita melihat seorang difabel melakukan hal yang biasa dilakukan orang normal terlebih lagi dalam melakukan pendakian gunung, untuk melakukan kegiatan pendakian gunung, adalah hal yang butuh persiapan matang dan fisik yang terjaga.
Kegiatan mendaki gunung tidak hanya bisa dilakukan orang orang normal, tapi juga bisa dilakukan oleh para kaum difabel atau disabilitas. Mereka yang memiliki kondisi tidak sempurna namun dibalik keurangannya, mereka dapat menunjukan satu bukti bahwa mereka memiliki kemampuan yang bahkan kita tidak bisa melakukannya. Seperti beberapa kisah para penyandang disabilitas berikut ini.



1. Sabar Gorky
pendaki gunung penyandang cacat
Sabar Gorky
Sabar Gorky, pendaki Indonesia yang berhasil mencapai puncak Elbrus adalah salah satu pendaki fenomenal dunia yang di miliki Indonesia. Banyak kita mengetahui pendaki - pendaki fenomenal yang berhasil menembus batas ketidakpastian, hingga berhasil membuat mata dunia kagum karena berhasil mencatatkan sejarah di buku Bumi.
"Dia bangkit, kembali berdiri mengumpulkan segenap tenaga yang tersisa. Lalu berjalan tertatih melanjutkan puncak yang sudah hampir ia gapai ujungnya"
Detik - detik mengharukan seorang pendaki tunadaksa dari Indonesia bernama Sabar Gorky yang akhirnya mampu menjejakkan kaki di puncak Gunung Elbrus 5642 M dpl, Rusia. Saat itu ia bersama tim sampai di puncak yang merupakan salah satu anggota dari 7 atap dunia ini pada pukul 1645 waktu setempat atau 1945 WIB tepat pada tanggal 17 Agustus 2011. Sebuah momen yang sangat langka karena bertepatan dengan hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Semoga spiritnya menular ke seantero nusantara bahwa seorang pendaki tunadaksa mampu berkiprah dalam pencapaian prestasi kelas dunia.
pendaki gunung penyandang cacat
Pendakian Cartenz Pyramid
Sabar tinggal Desa Gendingan, RT 3 RW 6, Jebres, Solo. Pria kelahiran 9 September 1968 ini telah menggeluti dunia petualang sejak tahun 1985. Tentunya sudah tidak di ragukan lagi tentang jam terbangnya dalam mengeksplorasi alam pegunungan di Indonesia.
Pada tahun 1996, Sabar mengalami kecelakaan yang membuat kakinya sebelah kanan terpaksa harus di amputasi. Kenyataan ini ternyata tidak membuat dia memutuskan untuk berhenti dari hobinya, yaitu panjat tebing. Dengan keadaan yang serba terbatas dia juga masih tetap menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab dalam menafkahi keluarganya. Sebelum mengalami kecelakaan dia telah aktif menggeluti dunia petualangan. Sederetan gunung tinggi di Indonesia seperti Gunung Merapi, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merbabu, pernah didakinya. Selain mendaki gunung, ia juga aktif mengikuti perlombaan balap sepeda, dan panjat dinding. Ia bahkan pernah memenangkan medali emas kejuaraan panjat dinding Asia pada tahun 2009.



2. Irfan Ramadhani
pendaki gunung penyandang cacat
Irfan Ramadhani di Danau Ranu Kumbolo
Sepasang tongkat kini tak pernah jauh dari Irfan Ramdhani sejak kakinya lumpuh. Irfan sempat membayangkan tak lagi bisa mendaki gunung, arung jeram, susur goa, hingga panjat tebing yang menjadi kegemarannya selama ini.
Pada waktu bersamaan ia juga diputus cinta oleh sang kekasih. Namun pria ceria ini tak mau berlama-lama larut dalam kesedihan. Irfan kembali menjadi petualang alam meski di tengah keterbatasannya.
Sepasang tongkat itu akhirnya menemani Irfan mendaki Gunung Semeru, Jawa Timur dan Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. Tak hanya bagi Irfan, dua gunung itu memang diidamkan para pendaki. Gunung Semeru merupakan gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa dan Gunung Rinjani adalah gunung tertinggi kedua di Indonesia. Tak ada yang menyangkal, kedua gunung itu menyuguhkan karya indah Sang Maha Pencipta.
Menjajal medan pegunungan dengan tongkat untuk menopang kaki yang berjalan tentunya berbeda. Gunung Semeru berketinggian 3.676 mdpl adalah gunung pertama yang ia daki dengan tongkat itu. Tiba di kaki Gunung Semeru, Irfan terdiam sejenak mengumpulkan kembali tekadnya. Mahameru yang menjulang tinggi seakan terus memanggilnya dan menambah energi semangat itu.
Berada di kaki Gunung Semeru sudah membuatnya tertegun. Irfan tak menyangka bisa berada di sana yang sebelumnya hanya ada dalam lamunan dan mimpi dalam tidurnya. Sembari membayangkan Mahameru dan indahnya danau Ranu Kumbolo, Irfan terus meyakinkan diri dalam hati. Kedua tongkat itu dijepit kencang pada ketiaknya.
Pendaki gunung penyandang cacat
Irfan Ramadhani digendong rekannya
"Saat pertama kali menginjakkan kaki serta melangkahkannya di gunung itu saya terdiam sejenak dan mendongakkan kepala ke atas agar bisa menghirup udara segar yang merasuk kedalam otak saya. Dalam hati saya berdoa," ucap pria kelahiran 26 April 1990 itu.
Tak selalu mengapit tongkatnya, Irfan juga harus mengesot ketika mendapati medan yang menanjak atau curam. Ketika jalan menurun, Irfan harus meluncur dengan hati-hati. Bahkan ia harus berjalan miring seperti kepiting ketika melewati jalur yang sempit dan di sisi kiri atau kanannya terdapat jurang.
"Kalau dulu sebelum saya memakai tongkat, saya bisa berlari-lari saat mendaki gunung. Tapi ketika dengan kedua tongkat, saya harus ekstra hati-hati," katanya.
Di sana, Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Universitas Gunadarma itu ditemani sahabatnya Fernando Halim serta teman-teman sesama Mapala setempat, Sonic, Dagrombes, dan Peot. Sepanjang jalan ia bersyukur karena banyak bertemu pendaki lain yang ikut membantu. Irfan menceritakan, hampir setiap pendaki berjabat tangan padanya dan menepuk bahunya untuk memberikan semangat untuk bisa sampai atas. Cerita Irfan pada pendakian di Rinjani yang baru saja dilakukannya bulan Mei 2013 ini juga tak kalah menarik. Pada gunung yang memiliki ketinggian 3.726 mdpl itu, Irfan mencapai Danau Sagara Anak melalui jalur Torean. Jalur yang cukup ekstrem baginya membuat pendakian Irfan yang ditemani Salmon dan Sevis dari Grahapala Rinjani memakan waktu 12 hari untuk naik dan turun gunung Rinjani.




3. Usep Rohmat
Pendaki gunung penyandang cacat
Useo Rohmat di Hitam Putih
Usep Rohmat seorang mahasiswa difabel yang kuliah di UNPAD. Saat ini dia sudah semester 7 di jurusan kesejahteraan sosial. Dia termasuk mahasiswa yang pintar dengan IPK 3,5. Tiga kakaknya hanya lulusan SD. Orang tuanya tidak punya biaya untuk menyekolahkan mereka. Namun, Usep ingin kuliah. Dengan modal Rp200.000 Usep membeli formulir pendaftaran ujian masuk. Setelah dinyatakan lulus, Usep dibantu pihak UNPAD dalam biaya kuliahnya.
Dulu Usep sempat tidak mau sekolah karena merasa malu. Orang-orang sering pula menghinanya. Setelah melihat tayangan di televisi tentang orang difabel, Usep semangat lagi. Ayahnya pernah membuatkan tongkat untuk membantunya berjalan, tetapi Usep tidak mau. Dia juga pernah ditawari oleh dosennya dibuatkan kaki palsu. Usep tetap tidak mau. Dia sudah merasa nyaman dengan keadaannya.
Meskipun banyak hal yang tidak bisa dilakukan karena keterbatasan fisiknya, Usep hobi naik gunung. Filosofi naik gunung menurut Usep adalah semakin tinggi yang kita capai, semakin luas pandangan kita.


4. Pendakian Tuna Netra
Pendaki gunung penyandang cacat
Para TUNET di Gunung Papandayan
Meskipun memiliki keterbatasan dalam melihat, para tunanetra ini tidak luntur semangatnya untuk berpetualang. Dibuktikan dengan mereka mendaki Gunung Papandayan, dengan tidak menjadikan keterbatasan sebagai penghalang.
Dikatakan oleh Tarini, Ketua Fellowship of  Netra Community (Fency), kegiatan pendakian Gunung Papandayan dilakukan berdasarkan keinginan dari anggota komunitas yang biasa disebut Tunet ini. Pendakian dilakukan pada 1-3 November lalu, dengan melibatkan delapan anggota Tunet, 24 relawan, dan lainnya. Total sekira 40 orang mengikuti kegiatan pendakian dengan menggunakan dua minibus.
Meski tidak bisa melihat, Satryo (31) tidak patah semangat untuk menaklukkan Gunung Papandayan bersama Fency. Seorang relawan Fency sempat memberitahukannya informasi tentang kegiatan pendakian Gunung Papandayan, tanpa ragu dia langsung mendaftar. Ini merupakan pendakiannya yang kedua kali.
Dia mengaku tidak menemui kesulitan selama melakukan pendakian karena para relawan selalu berada di sisinya untuk menunjukkan jalan serta menarasikan apa yang tak bisa dilihatnya.
“Pertama saya mendaki Gunung Salak, cuma enggak sampai puncak karena waktu itu cuacanya buruk. Nah, pas ke Papandayan saya langsung sujud syukur begitu sampai atas,” tutur guru privat ini.
Sebelum mendaki gunung setinggi 2.665 mdpl itu, Satryo menyiapkan fisiknya dengan jogging setiap pagi dan sering berjalan ke rumah murid les privatnya. Ini intens dia lakukan tiga pekan sebelum pendakian. Hebatnya, selama pendakian dia bahkan hanya memakai sepatu kets yang biasa dipakai untuk bekerja, bukan sepatu khusus mendaki gunung.
“Saya berterima kasih kepada relawan yang menuntut. Saya dipegangi meski bergantian dan dinarasikan ketika ada batu atau harus lompat sampai akhirnya saya mencapai puncak Gunung Papandayan,” imbuhnya.


5. Pendakian Gunung Ijen, Banyuwangi

Sebanyak 38 penyandang disabilitas bersama-sama mendaki gunung Ijen (2799 mdpl) di Kabupaten Banyuwangi. Pelepasan kaum difabel ini dilepas di kantor Bupati Buleleng. Mereka yang melakukan pendakian ini dari berbagai golongan muali dari tuna wicara, tuna rungu, tuna netra dan tuna daksa. Mereka didampingi oleh 14 orang pendamping dari Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Buleleng.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Buleleng, Gede Komang mengatakan Ekspedisi penyandang  disabilitas ke Kwah Ijen ini merupakan upaya menambah wawasan bagi penyandang disabilitas dan juga membuktikan dibalik kekurangan mereka memiliki kelebihan yang luar biasa.


sumber:
Video from youtube
http://travel.kompas.com/
http://lifestyle.okezone.com/
http://media.iyaa.com/
http://issuu.com/
http://www.belantaraindonesia.org/
bilamana terdapat kesalahan pada artikel di atas, mohon diralat, terima kasih.

Subscribe to receive free email updates:

Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar Yang Anda Sukai

28 comments

ini salah satu bukti nyata bila orang yg cacat secara fisik masih bisa lebih baik dari yg normal yamas

Balas

pertamaxnya saya ambil mas

Balas

keduaxnya saya ambil mas, hehe
keterbatasan fisik bukanlah sebuah penghalang untuk melakukan segala aktivitas.
mereka juga bisa menunjukan ekspresi dan prestasi

Balas

Kisah ini benar-benar menjadi inspirasi buat kita yang kadang lupa kalau kita mendapatkan kenikmatan yang banyak.

Balas

Mereka semua pekerja keras dan tidak pernah patah semangat. untuk para blogger, bagus nih, mengikuti jejak mereka

Balas

menunjukkan betapa semangat mereka yang difabel juga masih mampu mendaki gunung,kenapa saya ngga ya?

Balas

kayaknya yang bisa jawab cuma mang Lembu sendiri mang

Balas

bener mas Inam, keterbatasan bukan berarti serba terbatas.

Balas

seperti mas Zach semangat membara, iya kan

Balas

iy mas, masa semangat kita kalah dengan mereka

Balas

Siip, selalu semangat dan pantang menyerah

Balas

sungguh mereka adalah orang2 penuh semangat dan luar biasa,, meskipun dengan keterbatasan fisik mereka tak pernah menyerah

Balas

Biarpun cacat
Semangatnya hebat
Mendaki gunungpun kuat

Balas

selamat malam Sob. wah kisah kisah yang Inspiratif.... kalau yang cacat saja bisa sampai puncak gunung,kenapa kita yang Normal tidak mencoba juga....

Balas

luar biasa tekad dan kemauannya, bahkan bisa mengalahkan yg normal
saluut, inspiratif untuk lebih baik

Balas

wah, kerennya mereka itu. Tetep pny semangat tuk cinta alam.
Malam tahun baruan biasanya banyk jg tuh pendaki gunung yang merayakan di puncak gunung ya.

Balas

Keren yah mereka ini. Keterbatasan ngga menghalangi niat mereka untuk hiking :D

Balas

kekurangan ternyata buka menjadi halangan buat mereka.

Balas

sebhanallah,,dengan kaki seperti itu saja mereka bisa menakhlukkan hal yang dilakukan orang normal saja susah...

Balas

cuma bisa berkataaa, Jempol buat mereka ini kang, , dibalik kekurangan pasti tersinpan kelebihan yang luar biasa , , ,

Balas

Keren yaa, semangatnya luar biasa

Balas

Semangat dan jiwa pantang menyerahnya perlu di teladani itu... jadi terharu saya... Terima Kasih mas buat postinganya.. menambah suntikan motivasi.

Balas

Mereka2 patut di apresiasi , karna dengan keterbatasan fisiknya justru dia mampu menjadi pendaki2 yg handal

Balas

Wah, salut banget!! Walaupun terdapat keterbatasan fisik tapi semangatnya luar biasa....!! Subhanallah..

Balas

harus jadi insirasi bagi saya yang sedikit normal terutama dalam cara berpikir, dan tentu harus merasa malu kepada ke lima pendagi gunung yang luar biasa diatas itu.
bravo untuk ke 5 sahabatku para pendaki gunung itu

Balas

saya kangen samakang Zach nih...cipok basah ah

Balas

salut sama yang tunanetra, jadi inget tante gue. seorang tunanetra tapi tetep berjuang buat ngidupin ke 4 anaknya...
tante gue termasuk tunanetra yang hobi bikin anak kayaknya... tapi gue tetep salut.

Balas

Ralat : Tidak ada lagi kalimat cacat, tetapi sudah disempurnakan menjadi penyandang disabilitas.

Balas