Pada tahun 1879, seorang Belanda bernama WHC Van Deertekom mengambil alih sebuah toko yang bangkrut di daerah Groote Postweg (kini Jalan Asia Afrika) dan merenovasinya menjadi sebuah hotel yang dinamakan Hotel Preanger. Arsitektur awalnya adalah Indische Empire. Nama Preanger bersumber dari kata Preangerplanters. Preangerplanters adalah julukan bagi para pengusaha perkebunan bangsa Belanda di Priangan. Namun pada tahun 1920-an, Hotel Preanger ini kemudian dibongkar dan didirikanlah bangunan baru dengan gaya arsitektur art deco geometric, hasil rancangan C.P. Wolff Schoemaker dan juru gambar Ir. Soekarno. Grand Hotel Preanger berlokasi di Jl Asia Afrika No 81, Bandung.
6. Hotel Inna Dharma Deli, Medan (1898)
Inna Dharma Deli merupakan satu hotel peninggalan zaman Hindia Belanda.Dari banyak gedung bersejarah di Medan,bangunan hotel yang dulunya bernama De Boer ini merupakan salah satu gedung bersejarah yang masih dipertahankan.Hotel Dharma Deli merupakan satu unit hotel dari PT National Hotels and Tourism Corp Ltd (Natour) yang merupakan persero pemerintah di lingkungan Kementerian Pariwisata Pos dan Telekomunikasi RI yang bergerak dalam bidang jasa perhotelan dan restoran.
Manajer Marketing Hotel Inna Dharma Deli Sahrial Azhar mengungkapkan bahwa Hotel Dharma Deli merupakan penggabungan dua unit hotel, yaitu Hotel Wisma Deli dan Hotel Dharma Bakti (eks Hotel De Boer). Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 4/1973 dinyatakan bahwa eks Hotel Wisma Deli dan eks unit Hotel Dharma Bakti (eks Hotel De Boer) dijadikan satu unit,yaitu unit Hotel Dharma Deli dan dimasukkan dalam modal negara Indonesia pada PT Natour.
7. Hotel Majapahit, Surabaya (1910)
Hotel ini dibangun sejak tahun 1910 dengan fungsi bangunan yang tidak berubah sebagai hotel, sebelumnya hotel ini diberi nama Oranje Hotel Lucas Martin Sarkies asal Armenia. Akibat Perang Dunia II, Jepang menguasai bumi nusantara. Oranje Hotel pun diambil alih dan berganti nama menjadi Yamato Hoteru. Nah, di tahun 1945, sebuah peristiwa bersejarah mengambil tempat.
Hampir tak ada orang Indonesia yang tak mengenal kejadian perobekan kain biru bendera Belanda menjadi bendera merah-putih. Saat itu, pagi hari di 19 September 1945, Mastiff Carbolic mengibarkan bendera Belanda.
Masyarakat Indonesia yang melihat bendera itu pun marah dan naik ke atas hotel. Bendera Belanda diturunkan, lalu warna biru dirobek. Bendera Merah Putih pun dikibarkan. Di tahun 1946, hotel kembali dikelola oleh Sarkies dan mengganti nama hotel menjadi Hotel L.M.S. Sampai kemudian di tahun 1969, hotel berubah nama lagi menjadi The Majapahit. Hotel sempat dikelola oleh jaringan hotel Mandarin Oriental Group sehingga diberi tambahan nama Mandarin Oriental Majapahit Hotel Surabaya di tahun 1996.
8. Hotel Pelangi, Malang (1916)
Di kota Malang ada hotel tua yang bernama Hotel Pelangi yang letaknya di Jl. Merdeka Selatan No. 3. Kalau dihitung-hitung dari semenjak hotel ini berdiri, sekarang umurnya kurang lebih sudah 96 tahun lantarannya hotel ini suda ada di Malang dari tahun 1916.
Nama hotel ini awalnya bukanlah Hotel Pelangi melainkan bernama Hotel Palace entah kenapa bisa berubah nama. Nah, yang menarik dari hotel yang punya 50 kamar ini terletak dari arsitekturnya yang mempunyai ciri khas yaitu adanya Menara Kembar yang dahulunya digunakan sebagai menara pengawas.
Untungnya dibuat kokoh karena sampai saat ini di dalamnya masih terjaga keasliannya, bentuk lantai, plafon dan tegel-tegel dinding bergambar pemandangan negeri kincir angin yang eksotis.
9. Hotel Hermitage, Jakarta (1923)
Kendati merupakan bangunan lawas, Hotel Hermitage jauh dari kesan angker. Alih-alih seram, tampang hotel ini justru terlihat cantik dan klasik. Hotel Hermitage yang berlokasi di Jalan Cilacap Nomor 1, Menteng, Jakarta Selatan, adalah peninggalan Belanda yang didirikan pada 1923.
Dulunya, bangunan warna putih ini dipakai sebagai kantor telekomunikasi Belanda bernama Telefoongebouw. Setelah Indonesia merdeka, Telefoongebouw dimanfaatkan untuk kantor Departemen Pendidikan dan Pengajaran, pernah jadi kantor Presiden Sukarno, dan sempat jadi kampus Universitas Bung Karno hingga akhir 1990-an. Baru pada 2008, salah satu bangunan cagar budaya ini diambil alih PT Menteng Heritage Realy dan disulap jadi hotel bintang lima. Hotel ini diresmikan Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama awal Juni lalu.
10. Hotel Splendid Inn, Malang (1924)
Masih di Malang, lanjut lagi ke hotel yang bernama Hotel Splendid Inn. Arsitektur dari gedung yang dibangun pada 1924-1930 ini bergaya Nieuwe Bouwen (berbentuk kubus dan atap lurus) membuat bangunan ini masih kokoh berdiri sampai sekarang. Banyak turis asing dari Belanda yang bernostalgia di tempat ini. Fasilitas yang ada pun relatif sama dengan hotel-hotel berbintang, sehingga sesuai dengan anda yang ingin beristirahat dalam nuansa tempo dulu.
Selain kedua hotel di atas, kota ini juga mempunyai hotel yang tak kalah bersejarahnya yaitu Hotel Graha Cakra yang berada di Jl. Cerme 16. Hotel berbintang tiga ini dahulu adalah bekas gedung Radio Republik Indonesia (RRI) Malang yang pernah rata dengan tanah karena hancur saat pecah Perang Clash ke-1 pada 1947. Untuk gaya arsitektur dari hotel ini masih menerapkan gaya yang sama dengan Hotel Splendid Inn yaitu gaya Nieuwe Bouwen yang populer pada 1935 karya arsitek Belanda, Ir. Mulder
sumber:
http://travel.kompas.com/
http://direktori-hotel.blogspot.com/
http://klmpok4-museologi.blogspot.com/
http://klikhotel.com/
http://www.tempo.co/
http://wisataohhwisata.blogspot.com/
Bilamana terdapat kesalahan dalam artikel diatas, mohon diralat, terima kasih.