Artificial Intelligence atau Kecerdasan buatan dalam pengembangan bisnis
Artificial Intelligence atau Kecerdasan buatan dalam pengembangan bisnis. Dalam beberapa dekade terakhir, teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan telah bergeser dari ranah teori akademis ke integrasi fungsional di seluruh sektor industri. Namun, di sektor manakah AI menjanjikan perubahan terbesar? Selama ratusan tahun, manusia beranganangan menghidupkan benda mati dengan kecerdasan buatan atau ‘AI’. Dari awal teoretis berupa patung makhluk hidup dan konstruksi dalam mitologi Yunani, hingga manifestasi pertama dalam bentuk fisik melalui automaton yang beroperasi sendiri dengan perilaku rutin yang dirancang, AI membangkitkan imajinasi manusia di setiap generasi.
Akan tetapi di era komputasi modern ini, konsep dan implementasi AI telah berubah drastis dari robot humanoid ke penciptaan 'otak buatan' yang sebenarnya, yakni mesin yang mampu berpikir sendiri, ketimbang mengikuti pemrograman yang kaku. Dirintis sebagai bidang akademis oleh sekelompok ilmuwan antar-disiplin di Dartmouth College di Inggris tahun 1956, AI modern berakar dari tokohtokoh terkenal seperti ahli matematika Inggris Alan Turing dan ahli logika Amerika, Alonzo Church.
Salah satu pionir di bidang ini adalah peneliti dari IBM, yang membantu mendorong aplikasi awal AI ke arah praktik dan komersial. Dengan antusiasme yang besar di tahun-tahun awal perkembangan AI, beberapa peneliti berani memberikan prediksi hebat tentang potensi kecerdasan buatan. Sebagai contoh, pada tahun 1965, mendiang Herbert Simon, ekonom dan pelopor teknologi AI, mengatakan “Dalam 20 tahun lagi, mesin akan mampu melakukan pekerjaan apa pun yang dilakukan manusia”.
Meski realisasi komputasi AI di berbagai lini tak secepat perkiraan Simon, sudah banyak bisnis yang mendapat manfaat besar dari implementasi AI. Menurut perusahaan intelijen pasar CB Insights, jumlah bisnis AI tahun 2018 bernilai lebih dari US$1 miliar (sekitar Rp14 triliun), dengan lebih dari 30 perusahaan yang disebut-sebut sebagai unicorn di pasar saat ini. Dalam artikel ini, mari menjelajah beberapa industri dengan potensi AI terbesar.
1. Manajemen Big Data
Data dibutuhkan dalam setiap aspek ekonomi digital. Departemen intelijen bisnis mengumpulkan dan menganalisis informasi dari pelanggan dan kompetitor, seperti data pribadi atau sosial, untuk membantu perencanaan bisnis. Namun, ketergantungan pada data ini telah berkembang sedemikian rupa, di mana data yang dikumpulkan sering melebihi kapasitas sebuah bisnis untuk menganalisis secara efektif. Perusahaan harus mengeluarkan biaya besar untuk mempekerjakan ahli statistik guna mendapatkan wawasan bisnis yang berharga dari kumpulan informasi yang disebut ‘big data’ (data dalam volume besar) ini.
Sebaliknya, AI dapat memproses dan menganalisis sejumlah besar data dalam waktu yang lebih singkat, dan yang lebih penting, hemat biaya. Kemampuan AI dalam analisis big data ini menunjukkan potensinya untuk berbagai aplikasi lain, di mana AI diperlukan untuk melakukan apa yang tidak bisa dilakukan manusia.
2. Kredit dan Perbankan
Kebutuhan pinjaman terus meningkat di seluruh dunia. Menurut perusahaan konsultan ‘Big Four’ Deloitte, di Amerika saja, pinjaman pribadi tumbuh 7,84% selama 2018 kebanyakan disalurkan oleh bank ritel.
Meskipun tingkat default kredit sebagian besar menurun di pasar pinjaman domestik, kredit bermasalah— orang gagal membayar utang—masih menjadi beban keuangan yang sangat besar bagi banyak bank ritel. Hal ini sebagian disebabkan oleh kelemahan infrastruktur yang ada untuk membuat keputusan peminjaman. Sebaliknya, sistem berbasis AI dapat membuat model risiko kredit yang dinamis, menggunakan analisis big data untuk memprediksi probabilitas default kredit dengan lebih presisi. Model tersebut dapat mengidentifikasi peminjam baik atau buruk, karena AI yang mendasarinya dirancang untuk mengenali dan bertindak berdasarkan faktor-faktor mikro dalam sejarah keuangan individu terkait—hal yang sebelumnya tidak terbaca oleh manajer kredit manusia.
Di sisi lain, bank dapat menggunakan AI untuk memastikan tawaran pinjaman tepat sasaran. Teknik penawaran pinjaman yang ada saat ini biasanya hanya melibatkan kontak langsung dengan nasabah melalui telepon atau email, dengan bekal informasi yang minim tentang keadaan pribadi mereka. Sementara, perusahaan analis prediktif, Endor memanfaatkan AI dan pembelajaran mesin yang bersinergi dengan ilmu fisika sosial, untuk memprediksi kapan nasabah membutuhkan pinjaman. Analisis ini didasarkan pada peristiwa kehidupan, seperti pernikahan atau perceraian yang baru terjadi, kelulusan, atau pindah ke rumah baru. Dikembangkan oleh para peneliti di Massachusetts Insititute of Technology (MIT), fisika sosial membantu AI mengidentifikasi calon peminjam dengan akurasi jauh lebih tinggi dibanding kalkulasi manusia atau model perbankan standar, yang cuma mengandalkan faktorfaktor dasar seperti pendapatan dan nilai kredit. Alhasil, AI mengubah lanskap keuangan dan pinjaman dan secara signifikan merombak cara bank menjalankan bisnis.
3. Percetakan dan Penerbitan
Dari beragam solusi cetak dan penerbitan digital yang tersedia, tak banyak platform yang memungkinkan penerbit membuat versi digital dari media cetak mereka dengan sederhana dan mudah. Kebanyakan solusi yang ada saat ini mengharuskan penerbit merekrut pengembang perangkat lunak, ilustrator dan desainer, sematamata untuk membuat media digital. Biaya proses ini sulit dijangkau oleh penerbit kecil dan menengah. Untungnya, AI menawarkan solusi yang lebih sederhana untuk publikasi digital yang menarik secara estetika.
Dalam perkembangan terbaru penerbitan digital, startup teknologi VersoView menggabungkan AI dengan modul ‘Easy-Read’ dan menciptakan produk unik yang menawarkan proses otomatis untuk mengubah majalah dan materi cetak menjadi media digital. Diciptakan oleh penerbit pemenang penghargaan sekaligus pendiri VersoView, setelah melihat kebutuhan akan penerbitan yang mudah, VersoView berhasil memanfaatkan teknologi AI dan pembelajaran mesin untuk menyederhanakan konversi majalah dan media menjadi format digital. Termasuk di dalamnya sistem AI yang dapat menentukan faktor-faktor seperti tata letak halaman, grafik dan visual untuk menghasilkan publikasi digital yang ramah pembaca.
Masa depan Kecerdasan Buatan
Boleh dibilang, teknologi AI bukanlah bidang baru, namun sudah dimulai hampir seabad lalu, sejak awal komputasi modern. Dalam periode perintis tersebut, aplikasi teoretis AI dari para ilmuwan melampaui kapasitas komputasi fisik kita. Kini, di abad ke-21, teknologi AI terus berkembang dengan pasti. Pemanfaatan AI sejalan dengan pergeseran paradigma teknologi lainnya, terutama internet, blockchain dan realitas virtual. Semua teknologi berkembang ini menjanjikan perubahan meluas di seluruh lini industri. Dalam beberapa dekade mendatang, prediksi Herbert Simon lebih dari 50 tahun yang lalu mungkin akan jadi kenyataan.
sources:
https://marketeers.com/sejauh-mana-penerapan-artificial-intelligence-dalam-e-commerce-indonesia/
https://news.microsoft.com/id-id/2019/03/12/adopsi-artificial-intelligence-di-indonesia-pengembangan-talenta-masa-depan/
Colours Middle East