Selamat jalan sang guru kalbu, Ibu Een Sukaesih
Begitu banyak jasa-jasa dari Ibu Een sukaesih dalam kiprahnya di dunia pendidikan Indonesia, beliau mengalami kelumpuhan selama 30 tahun lebih, namun ditengah keterbatasannya, beliau mampu bangkit bahkan berhasil membangkitkan pendidikan di Indonesia, dan menjadi inspirasi bagi kita semua.
Ibu Een Sukaesih yang lahir pada tanggal 10 Agustus 1963, menderita Rheumatoid Arthritis sejak berusia 18 tahun yang membuat tubuhnya lumpuh total. Akibatnya Ibu Een Sukaesih kehilangan impian dan cita-cita sebagai guru, meski saat itu beliau sudah lulus kuliah di IKIP Bandung yang kini namanya UPI Bandung.
Ust Yusuf Mansur bersama Ibu Een Sukaesih |
Rheumatoid arthritis (RA)
Disebut juga Radang sendi, merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang. Ketika usianya masih 18 tahun, ia mulai mengalami sakit-sakitan. Selama enam tahun mengalami sakit, Ibu Een Sukaesih masih bisa jalan. Namun, sejak 1987, penyakitnya membuatnya lumpuh dan hanya terbaring di tempat tidur. Pada tahun 1987, Ibu Een Sukaesih terkena infeksi usus karena terlalu banyak mengkonsumsi obat-obat reumatik. Dokterpun menvonis beliau bahwa umurnya kurang lebih hanya tinggal seminggu lagi.
Mantan Presiden Pak SBY besama Ibu Een Sukaesih |
Selama lebih dari 30 tahun berbaring di tempat tidur, merupakan sebuah penderitaan yang luar biasa. Setelah terkena Rheumatoid arthritis yang membuatnya lumpuh total, terserang infeksi usus dan berbaring di tempat tidur selama berbulan-bulan membuat tubuh belakang Ibu Een Sukaesih memar, bagian punggungnya lecet karena terlalu lama berbaring. Beliau mencoba terapi Alternatif dan menjadikan ban dalam motor vespa sebagai bantalan di tempat tidurnya. Tidak hanya itu, Ibu Een Sukaesih terserang infeksi lagi yang menyebabkan sakit pada matanya, dokter menyarankan agar menoperasi matanya, namun beliau menolak. Selama 30 tahun itu juga Ibu Een Sukaesih selalu menkonsumsi obat, mulai dari obat reumatik, obat pereda rasa nyeri, obat lambung dan lain sebagainya.
Ebiet G Ade bersama Ibu Een Sukaesih |
Untuk mengisi hari-harinya, Bu Een Sukaesih mengajar sebagai guru dirumahnya dan memiliki banyak anak murid, disitulah kekuatan dan semangat baru muncul. Semangat pengabdian besar, kasih sayang, keutulusan dan keikhlasan. Berada disamping anak-anak didiknya adalah obat bagi beliau.
Charlie bersama Ibu Een Sukaesih |
Anak-anak ini obat buat saya. Sebenarnya, apa yang saya lakukan semata-mata demi Ridho Allah SWT dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat. Di satu sisi, saya merepotkan orang lain. Tapi, di sisi lain, saya ingin bermanfaat buat orang lain.
Betapa berartinya pendidikan yang beliau berikan kepada saya. Karena kakek itu purnawirawan yang selalu menerapkan nilai-nilai kehidupan. Saya belajar disiplin, jujur, cinta tanah air, karena beliau suka ceritakan perjuangan melawan penjajahan.
Yang terpenting dalam hidup harus tetap semangat, harus kuat untuk bangkit dari keterpurukan. Dan untuk pendidikan, harus ingat alat pendidikan, selain kewibawaan dan ilmu pengetahuan itu sendiri, adalah cinta kasih atau kasih sayang.
Terima kasih atas penghargaan ini semua. Saya tidak melakukan banyak hal. Apa yang saya lakukan hanya karena bentuk kecintaan saya pada pendidikan. Saya ingin anak-anak maju dan pintar.
Buat mahasiswa saya akan berpesan jangan berorientasi kepada materi dan bisnis. Tapi pengabdian dengan tulus untuk dunia pendidikan demi generasi nanti, bangsa dan negeri ini.
Untuk saudara-saudara saya yang sependeritaan. Semoga tetap bersabar atas segala yang kita terima. Berprasangka baiklah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan begitu kita akan yakin segala yang kita terima pasti yang terbaik untuk kita.
Saya sudah pasrah. Tapi saya yakin, dokter memang pintar dan cerdas telah melihat hasil diagnosa, namun saya lebih percaya takdir saya kepada Allah SWT.
Alhamdulillah, Allah memberiku jalan sehingga boleh dibilang, aku telah meraih cita-citaku menjadi guru. Setiap hari, di kamar mungilku, mereka meriung sepulang sekolah. Mereka membawa pekerjaan rumah. Bergantian, mereka membacakan surat kabar, majalah atau menonton televisi, lalu kami membahasnya bersama. Aku ingin mereka paham situasi yang berkembang di luar sana. Siapa sangka, dalam keterbatasan fisikku, aku bisa membagi ilmu, mengentaskan dari ketidaktahuan menjadi tahu.
Ilmu saya tidak banyak, pengetahuan saya sangat terbatas. Tetapi dengan tekat yang kuat, tekat ingin mencerdaskan anak bangsa. Itulah yang membuat saya bangkit dari keterpurukan.
http://health.liputan6.com/
http://www.wewengkonsumedang.com/
http://www.pikiran-rakyat.com/
http://purnomosymb19.blogspot.com/