10 Gua Vertikal menakjubkan di Indonesia
Inilah gua vertikal yang paling terkenal di Indonesia, yaitu Gua Jomblang. Terletak di Dukuh Jetis Wetan, Kabupaten Gunung Kidul, Yogya, Gua Jomblang merupakan gua vertikal dengan tinggi mencapai 80 meter. Seru!
Setelah itu dilanjutkan menuruni lintasan tali kurang lebih 20 meter untuk sampai di dasar gua. Selain jalur VIP, Gua Jomblang juga memiliki lintasan yang beragam dengan ketinggian antara 40 sampai 80 meter. Tentu, Anda dapat menentukan sendiri rutenya sesuai dengan stamina.
Uniknya, di dasar Gua Jomblang masih terdapat pepohonan hijau yang berbeda dari gua-gua lainnya. Pohon-pohon di sana menjulang tinggi karena masih mendapat sinar matahari. Inilah hutan di bawah tanah sekaligus keajaiban dari Gua Jomblang.
Setelah itu, kini saatnya berjalan menyisir 300 meter lorong gua untuk menuju Gua Grubung. Di sinilah cahaya matahari akan terlihat sangat luar biasa memesona. Cahaya tersebut menembus puluhan meter dari mulut Gua Grubung dan para traveler sering menyebutnya sebagai 'cahaya surga'. Waktu terbaik untuk melihat cahaya ini sekitar pukul 13.00 WIB. tertarik?
2. Gua Leang Pute, Sulawesi Selatan
Bagi penantang adrenalin, Gua Leang Pute adalah gua vertikal yang sangat menantang. Terang saja, kedalaman gua ini mencapai angka 200 meter. Wow! Inilah perjalanan terpanjang menelusuri isi perut bumi di Desa Labuaja, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Sesampainya di dasar gua, Anda seolah memasuki dunia lain. Di sana Anda akan menemukan banyak penghuni perut bumi, seperti ular, laba-laba, kaki seribu, katak dan lainnya. Dengan cahaya yang berasal dari senter saja, Anda akan merasakan sensasi berbeda dan tidak akan terlupakan. Melihat ke atas lubang yang Anda turuni, pemandangan lubang besar dari mulut gua sangatlah memesona.
Itulah tiga gua dengan sensasi yang berbeda. Ada rasa takut, lelah, sekaligus panik saat Anda menuruni gua-gua itu. Akan tetapi, fokus pada single rope technic dan kepercayaan tinggi akan menjadi jaminan Anda untuk tiba di perut bumi. Jangan lupa untuk mengikuti arahan dari instrukstur setempat. Believe in your rope!
3. Gua Luweng Ombo, Jawa Timur
Gua ini terletak di kawasan Gunung Sewu, desa Kalak, Pacitan, Jawa Timur.
Sebuah goa yang berbentuk seperti tong raksasa dengan kedalaman sekitar 120 meter dan dan diameter yang semakin melebar kebawah sekitar 50 meter (diameter atas mungkin 30 meter). Berada di desa Kalak, Pacitan. Mudah di tempuh dengan kendaraan bermotor karena dekat dengan jalan raya. Jaraknnya dari jalan raya hanya sekitar 10 meter sehingga terlihat sedikit atap-atap goanya.
Goa Luweng Ombo merupakan goa vertikal dengan diameter mulut 50 meter. Goa Luweng Ombo diperkirakan memiliki kedalaman hingga 130 meter dengan panjang sistem lorong luweng (lubang) diperkirakan lebih dari 25 kilometer.
Ada titik-titik di mana mulut goa berbentuk horizontal sehingga para penelusur dapat beristirahat untuk melanjutkan penelusuran vertikal selanjutnya. Goa Luweng Ombo diklaim sebagai goa tegak terdalam di Jawa. Dinding goa terlihat ditumbuhi lumut akibat adanya rembesan air pada dinding-dinding goa.
- Wolbachia, Bakteri pencegah penyebaran demam berdarah
- Hotel dengan pemandangan kamar mandi yang luar biasa
- Energi positif komunitas punk di Indonesia
4. Gua BuniAyu, Jawa Barat
Tidak jauh dari ibukota, Gua Buniayau di Desa Kerta Angsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, wajib masuk dalam agenda perjalanan Anda selanjutnya. Selain penelusuran gua horisontal, penelusuran gua vertikal menjadi kegiatan yang menyenangkan di tempat ini.
Dari kejauhan, terdengar suara aliran air yang deras. Ya, itulah sungai bawah tanah yang menanti Anda di dasarnya. Cukup melelahkan memang, namun itu semua akan terbayar saat Anda mencapai dasar perut buminya.
Stalaktit dan stalagmit dan bebatuan dengan bentuk-bentuk unik akan Anda temukan di dasarnya. Beberapa binatang gua seperti laba-laba, jangkrik, udang, dan masih banyak lagi. Sesuai namanya, Buniayu memiliki arti kecantikan yang tersembunyi. Memang sungguh cantik!
5. Gua Braholo, Yogyakarta
Gua Braholo merupakan salah satu gua yang terdapat di Kabupaten Gunungkidul tepatnya di kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, Yogyakarta. Di Gua Braholo ditemukan 10 kerangka fosil manusia purba dalam kondisi relatif utuh. Eksvakasi Gua Braholo setidaknya pernah dilakuakn dua kali, yaitu oleh Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Tim Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Selain penemuan artefak dan fosil manusia purba, wilayah Gunungkidul juga menyimpan potensi peninggalan arkeologis pada zaman Hindu-Budha. Sebut saja penemuan candi (seperti Candi Risan di Kecamatan Semin), arca, dan prasasti. Peninggalan-peninggalan tersebut tersebar di beberapa wilayah, yaitu di wilayah Kecamatan Panggang, Patuk, Ngawen, Wonosari, Paliyan, Semanu, Tepus, Karangmojo, Semin, dan Ponjong.
Kekayaan arkeologis tersebut menggugah I Gede Ardika, Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata, dalam pernyataannya pada tahun 2009, untuk menjadikan wilayah Pegunungan Seribu sebagai warisan kebudayaan dunia. Pegunungan Seribu adalah barisan perbukitan yang membentang dari wilayah Pacitan di Jawa Timur, Kabupaten Wonogiri di Jawa Tengah, Kabupaten Gunungkidul di Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga Kabupaten Kebumen di Jawa Tengah sepanjang ± 85 km dengan lebar ± 30 km. Total wilayah Pegunungan Seribu sepanjang ± 1.300 km.
Pernyataan ini bukan tanpa alasan, mengingat wilayah Pegunungan Seribu yang didominasi hamparan karst (pegunungan kapur), khususnya Kabupaten Gunungkidul, banyak menyimpan potensi arkeologis berupa keunikan dan kekhasan yang tersaji dalam bentuk gua, fosil, dan artefak manusia purba. Pegunungan Seribu tercatat memiliki kekayaan sekitar 120 gua dengan 60 gua berada di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Banyaknya sisa tulang belulang manusia purba (fosil) dan benda-benda (artefak) yang ditemukan di beberapa gua di wilayah Kabupaten Gunungkidul selayaknya mendapatkan perhatian dan penanganan. Salah satu gua yang menyimpan kekayaan berupa artefak dan fosil manusia purba adalah Gua Braholo.
Dengan potensi alam yang didukung oleh fakta sejarah, memang tidak dapat disangkal bahwa Gua Braholo menyimpan kekayaan arkeologis yang sangat bernilai. Gua yang berlokasi di Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini ternyata menjadi tempat penemuan fosil manusia purba dalam keadaan relatif masih utuh.
Selain sebagai penemuan fosil, Gua Braholo juga menyimpan potensi keindahan lukisan alam. Keindahan tersebut terpacak jelas pada ornamen gua, seperti stalagmit, stalagtit, gourden, radastory, dan pilar.
Wisata susur gua (caving) menjadi tawaran yang sangat menarik dari gua yang dikategorikan sebagai gua vertikal ini. Gua Braholo memiliki tiga buah pitch, pertama memiliki kedalaman + 35 meter, kedua 6 meter dan memiliki tantangan banyaknya batu besar (boulder), dan ketiga harus melewati tantangan berupa sebuah turunan dengan kedalaman + 2 meter dengan kemiringan 25 derajat, sehingga total pitch ketiga sekitar + 5 meter.
6. Gua Leang Leaputter, Sulawesi Selatan
Sedikitnya, ada 200 lebih gua yang terbentang di kawasan karst tersebut. Bahkan gua terdalam dan terpanjang di Indonesia ditemukan di karst Maros. Gua vertikal berkedalaman 260 meter berada di Leang Leaputter sedangkan gua terpanjang adalah Gua Salukangkallang, mencapai 27 kilometer.
7. Gua Tembus, Jawa Tengah
Gua Tembus memiliki dua mulut gua, masing-masing mempunyai lorong sepanjang 50 meter. Gua ini menawarkan keindahan sungai bawah tanah, serta stalaktit dan stalagmit yang masih hidup. Di dekat Gua Tembus, wisatawan bisa menemukan Gua Potro Bunder yang berada pada ketinggian 327 meter di atas permukaan laut. Panjang gua mencapai 80 meter dan lebar lorong hingga 9 meter.
8. Gua Liang Puruk, Kalimantan Tengah
Liang Puruk merupakan gua vertikal dengan mulut gua terletak pada sebuah cekungan runtuhan (collapse doline) dengan dua sungai kecil masuk ke dalam gua yang membentuk air terjun. Lorong gua panjangnya sekitar 355 m dengan berbagai tipe lorong. Lorong fosil bersubstrat tanah dan guano dari kelelawar dan walet. Lorong aktif merupakan lorong panjang dengan beberapa air terjun berketinggian sekitar 5 m di mulut gua dan sekitar 10 meter di dalam gua. Sungai bawah tanah bersubtrat batuan beku karena batu gamping terletak di atas batuan beku.
9. Gua Ambulabung, Kalimantan Timur
Sangkulirang adalah suatu daerah di Kabupaten Kutai Timur yang dikenal sebagai daerah karst. Dimana di daerah ini terdapat beberapa gua alami yang bisa digunakan untuk aktifitas susur gua. Salah satunya adalah Gua Ambulabung yang kondisinya masih sangat alami. Tidak banyak manusia yang datang kesini. Oleh karena itu tidak terlalu sering terjamah oleh tangan manusia. Hal tersebut dikarenakan perjalanan menuju Gua Amulabung itu sendiri sudah sulit.
Jalan masuk tersebut berupa lorong vertikal yang terhubung kedalam gua. Salah satunya adalah lorong tersebut mempunyai kedalaman sekitar 40. Diameter dari lorong bisa mencapai 50 m. Ini adalah lorong yang paling mudah dimasuki ketimbang lorong lainnya. Tapi bukan berarti bisa dengan mudah menuruni lorong tersebut.
10. Gua Luweng Cokro, Yogyakarta
Gua/Luweng COKRO yang terletak di dusun Blimbing, desa Umbulrejo, Kec. Ponjong, Kab. Gunungkidul, Propinsi D.I. Yogyakarta. Jarak dari kota Yogyakarta ke arah tenggara menuju lokasi mulut gua/luweng tersebut kurang lebih 46 Km, dengan waktu tempuh 1,5 - 2 jam untuk kendaraan pribadi, dan tentu lebih lama bila menggunakan kendaraan umum. Untuk penelusuran gua vertikal gelap abadi ini dapat dilakukan baik siang maupun malam.
source:
http://www. desawisatasamangki.com/
http:// travel.detik.com/
http:// biotagua.org/
http://www. norepost.com/
http://news. fajar.co.id/
http://www. wego.co.id/
http://jalan2. com/
http://wisata. kompasiana.com/
http://www. tiket.com/
bilamana terdapat kesalahan dalam artikel ini, mohon diralat, terima kasih.