10 Ide kreatif dari sampah jadi rupiah

Sampah dan limbah yang selama ini telah menjadi permasalahan lingkungan yang sudah sejak dulu terus kita hadapi, dari pada menjadi sampah yang kehadirannya menganggu lingkungan, membuat kotor, merusak pemandangan, tetapi di tangan beberapa orang-orang ini, sampah diubah menjadi barang yang bernilai tinggi.
Hasil kerja keras dan kreativitas akhirnya mereka berhasil mengubah sampah menjadi rupiah. Aneka barang sampah mulai dari botol plastik bekas, limbah pabrik, limbah proyek bangunan, mereka olah menjadi barang-barang yang menarik yang bisa dijual lagi. Selain orang-orang dibawah ini, sebenarnya masih banyak kreativitas-kreativitas para pengolah sampah dan mengubahnya menjadi barang-barang berguna. Simak kreativitas mereka berikut ini.


1. Alat musik dari sampah
sampah jadi rupiah
Dodong Kodir
“Bandung itu terkenal dengan kreatifitasnya. Segala bentuk kreatifitas ada pokoknya di Bandung mah.” Kalimat itu terlontar dari mulut Dodong Kodir ketika ditanya pendapatnya mengenai Kota Kembang, Bandung. Memang tak bisa dipungkiri jika Bandung adalah salah satu kota yang melahirkan banyak seniman besar. Sebut saja Harry Roesli, Didi Petet, Heri Dhim, Adang Ismed, hingga Dodong Kodir.
Mungkin Anda bertanya-tanya siapa nama yang terakhir disebut itu? Dodong Kodir adalah seorang seniman musik asal Bandung yang bisa dibilang unik dan kreatif. Keunikannya yaitu alat-alat musik yang dimainkannya adalah buatan sendiri yang berasal dari sampah atau limbah. Kekreatifan Dodong membuat alat-alat musik yang berasal dari limbah ini diawali dengan rasa kepeduliannya terhadap lingkungan.
“Apalagi dulu Bandung sempat terkenal dengan lautan sampah karena sampah yang menumpuk di mana-mana,” ungkap Dodong. Kepeduliannya terhadap lingkungan itu dia tuangkan dengan mendaur ulang sendiri sampah-sampah yang ada yang kemudian dijadikan alat musik. Selain itu, sejak kecil ia memang tertarik dengan segala bentuk bunyi-bunyian. Walaupun ia disekolahkan di sekolah teknik, tetapi jiwanya tetap haus akan seni. Peralatan-peralatan yang harusnya dipraktekan untuk disiplin ilmu bidang kajian elektro malah dia manfaatkan untuk memainkan bunyi-bunyian.
Hasil jerih payah, kreasi, dan inovasinya membuat alat musik dari sampah ternyata membawa berkah tersendiri bagi Dodong. Alat musik sampah buatannya ini telah membawanya berkeliling ke berbagai negara di dunia. Mulai dari tahun 1996 bersama Heri Dhim ia mengikuti sebuah pameran di Kopenhagen, Denmark. Kemudian, masih di tahun yang sama, ia tampil di sebuah acara teater musikal tiga negara, yaitu Jepang, Indonesia, dan Filipina, di Jepang.
Tahun 2005 ia berkesempatan mengunjungi negeri para dewa, Yunani untuk tampil dalam sebuah festival wayang. Kemudian tahun 2006 ia berpartisipasi dalam acara “100 Tahun Karya Mozart” yang diselenggarakan oleh UNESCO di Paris, Perancis. Kepiawannya memainkan alat musik sampah ini membawanya satu panggung dengan musisi etnik kelas dunia. “Saya satu-satunya perwakilan dari Indonesia saat itu,” kenang mantan karyawan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung ini.


2. Sampah bonggol jagung jadi rupiah
sampah jadi rupiah
Edie Junaedi
Tak pernah terlintas sebelumnya, jika limbah bonggol jagung bisa menghasilkan industri kreatif yang menjadi sumber penghasilan. Adalah Edie Junedi, yang memanfaatkan limbah bonggol jagung menjadi aneka macam kerajinan cantik, seperti kap lampu, sketsel, tatakan gelas, tempat tisu, anyaman tas, cooler laptop, sampai tas laptop. Edie mengisahkan, awal mulanya tercetus ide membuat kerajinan ini didapatnya dari seorang teman. "Waktu itu kalau nggak salah tahun 2008, ada teman ngasih vas bunga. Saya kaget, ternyata vas bunga itu terbuat dari bonggol jagung," kenang pria yang berusia 56 tahun ini, ketika ditemui Kompas.com di rumahnya, di wilayah Kedung Halang, Kota Bogor, Jawa Barat.
Ia pun mulai mencoba untuk berkreasi memanfaatkan bonggol jagung tersebut. Namun, ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan. Kegagalan demi kegagalan harus dialaminya selama dua tahun. Edie tidak tahu bagaimana cara untuk mengeraskan bonggol jagung yang bersifat rapuh. "Banyak masalah ketika itu. Pertama, nggak ada yang ngajarin saya buat kerajinan ini. Kedua, susah nanya karena nggak ada orang yang tahu. Kalau mau nanya, ya nanya ke diri sendiri," ucapnya.
Ia terus melakukan penelitian terhadap jagung yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan kerajinannya. "Saya cari jagung yang dipanen dalam keadaan basah. Artinya dikeringkan dengan dijemur dibawah sinar matahari atau diasap. Karena mikro organisme yg ada didalam bonggol jagung itu belum dalam keadaan hidup. Kemudian, saya lakukan treatment. Dicampur dengan bahan campuran yang saya racik sendiri agar bisa kuat dan tahan lama," paparnya. Kini, hasil jerih payahnya menuai keberhasilan. Eddie pun kerap dibanjiri pesanan. Harganya pun bervariasi, mulai termurah Rp 100.000 hingga termahal mencapai Rp 3 juta.


3. Limbah tulang ikan pari jadi benda seni
sampah jadi rupiah
Kreasi dari limbah tulang ikan pari
Suhada warga Dusun Krajan Desa Kembiritan Kecamatan Genteng sedang menjemur tulang ikan pari di halaman belakangnya. Kepada Kompas.com Kamis (13/11/2014) ia mengaku tulang ikan pari tersebut akan ia jadikan patung barong pesanan dari seseorang yang ada di Bali. Awalnya, ide membuat kerajinan dari tulang ikan pari itu muncul ketika ia melihat banyak tulang ikan pari yang tidak terpakai. Kebetulan, pria ini sehari-hari bekerja membuat ikan pari asap. Ia mengaku pertama kali membuat miniatur patung Gandrung dan Barong, kemudian beralih membuat miniatur kapal pinishi berukuran sekitar 50 cm. "Ada turis yang menawar seharga Rp 3,4 juta untuk kapal pinishi yang saya buat tersebut," ucapnya.


4. Berkah dari limbah tali plastik bekas pabrik.
Bapak Sutanto dari Probolinggo mengubah limbah tali plastik dari pabrik menjadi rupiah. Tali kapas yang digunakan oleh pabrik-pabrik yang limbahnya kemudian diolah menjadi kerajinan yang menarik dan memiliki daya jual. Ide ini muncul setelah 15 tahun tumpukan limbah tali plastik ini dirumah bapak Sutanto. Kini bapak Sutanto memiliki beberapa karyawan dan sering mengikuti beberapa pameran.




5. Limbah botol plastik bekas
sampah jadi rupiah
Bob Novandi
Bob Novandi terlihat asyik memegang botol plastik bekas minuman produk nasional. Warga Jalan Jeruk Manis 6 nomor 59 Kebon Jeruk, jakarta Barat ini terlihat melubangi botol itu dengan cutter. Selang satu jam, botol itu kemudian berubah dari bentuk aslinya. Fungsinya sebagai wadah air pun hilang, berubah menjadi sebuah lampion cantik. "Asyik kan?" ujar Bob menyapa merdeka.com saat ditemui di stan miliknya di blok C6, Pekan Raya Jakarta (PRJ) di kawasan silang Monas, Jakarta. Kreativitas membuat barang-barang unik berbahan botol plastik didapat Bob tahun 2003. "Saya dapat kemampuan ini dari Allah. Bisa dibilang otodidak lah," kata dia.


6. Sampah jadi biogas
sampah jadi rupiah
bahan bakar biogas dari sampah
Persoalan sampah menjadi masalah di setiap kota besar, tak terkecuali Bandung. Bahkan, beberapa tahun silam, Kota Bandung pernah dijuluki sebagai “Kota Lautan Sampah”, akibat pengelolaan sampah yang tidak baik. Namun, di sebuah sudut Kota Bandung, ada seorang perempuan yang sangat peduli dengan keberadaan sampah, yaitu Dewi Kusmianti, yang berhasil mengubah tumpukan sampah yang menggunung menjadi pupuk kompos dan biogas. Ibu tiga anak yang dulunya sempat merasakan hidup di jalanan sebagai pengamen ini, memulai perjuangannya untuk bergelut dengan sampah dengan pemikiran yang sederhana.
Sang suami, Tonton Paryono, yang bekerja sebagai petugas pengangkut sampah, sering mengeluh karena sampah yang diangkutnya di RW 11, Cibangkong, Kota Bandung, semakin hari semakin menggunung. Pasalnya, sejak 1997, Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung tidak lagi mengangkut sampah tersebut ke Tempat Pembuangan Akhir atau TPA, karena masyarakat di kawasan tersebut enggan membayar retribusi sampah.
Khawatir dengan keselamatan sang suami yang sewaktu-waktu bisa tewas tertimbun sampah, Dewi mulai mendapatkan ide untuk membentuk bank sampah. Sampah organik ia beri harga Rp 50 per kilogram, sedangkan sampah non-organik ia beri harga Rp 400 per kilogram. Ia juga membentuk sebuah komunitas dengan warga sekitar yang dinamakan komunitas ‘My Darling’, singkatan dari Masyarakat Sadar Lingkungan.


7. Penghargaan Danamon Award 2011
sampah jadi rupiah
Khilda Baiti Rohmah
Khilda Baiti Rohmah, mahasiswi teknik lingkungan Universitas Pasundan Bandung menerima penghargaan Danamon Award 2011, Jumat 4 November 2011. Ia dinobatkan sebagai pejuang kesejahteraan Indonesia terfavorit dalam berdasarkan dukungan publik melalui voting online dan sms 30 September hingga 30 Oktober 2011. Peraih Danamon Award 2011 lainnya yaitu Karmono, Kemiskidi, Nureini dan Putu. ”Mereka adalah pejuang kesejahteraan Indonesia sebenarnya. Kegiatan diharapkan menggugah semangat dan inspirasi bagi orang lain untuk berbuat lebih bagi negerinya,” ujar Zsa Zsa Yusharyahya, Ketua Panitia Pelaksana Danamon Award 2011 dalam rilis yang diterima Tempo.
Khilda menerima piagam dan hadiah uang tunai sebesar Rp 55 juta. Hadiah uang tunai sesuai dengan perayaan hari jadi Danamon yang ke-55 pada tahun ini. Sedangkan keempat peraih Danamon Award lainnya masing-masing akan menerima piagam penghargaan dan hadiah uang tunai sebesar Rp 35 juta.
Usianya relatif muda, 23 tahun, namun Khilda mahasiswi teknik lingkungan, Universitas Pasundan, memiliki pemikiran berbeda dengan rekan seusianya. Dengan modal uang saku sendiri, Khilda mengajak tukang sampah di lingkungannya memilah sampah organik dan non organik. Tak hanya berhenti di situ, Khilda menularkan semangatnya kepada warga sekitar untuk melakukan kegiatan pemilahan sampah. Sampah organik diolah menjadi kompos dan non organik dibuat menjadi aneka kerajinan. Pada awal melakukan kegiatan ini di tahun 2007, tidak ada warga yang mendukung namun dengan keuletan dan semangat tinggi kini warga sadar sampah dan hasilnya dapat dinikmati. Saat ini ia tengah mengembangkan penemuannya tentang pengolahan sampah sebagai energi alternatif pengganti minyak tanah.


8. Sampah kayu jadi rupiah
sampah jadi rupiah
Pasutri pengolah limbah kayu
Sepak terjang pasangan suami istri (Pasutri) asal Malang, Hery dan Retno patut menjadi inspirasi bagi pasangan lainnya. Pasutri ini sukses menjalankan bisnis, pengolahan sampah kayu, mungkin bagi banyak orang benda tersebut tak bernilai. Hery dan Retno merupakan pasutri asal Malang, Jawa Timur yang mampu memaksimalkan bahan kayu bekas pabrik mebel dan furnitur yang tidak terpakai menjadi desain-desain hiasan kayu yang unik seperti tempat pensil, tempat gulungan tisu, boneka kayu dan gantungan baju. Namun proses keduanya menjadi pengusaha dengan omset Rp 30-50 juta/bulan, dilewati dengan kerja keras. "Saya memulai bisnis ini tahun 1992 dimulai dari limbah pabrik kayu perusahaan mebel yang tidak terpakai. Kemudian kita desain dan kita pasarkan," ungkap Retno.
"Saya nggak modal karena pakai limbah pabrik itu dan pengerjaan kita menggunakan gergaji pabrik di Malang. Dahulu kita masih melihat-lihat dan laku di pasaran tidak. acara pertama Expo pembangunan di Malang kita pamerkan produk kita. Dari acara itu kita mendapat masukan bentuk produk yang laku dan bermanfaat dipasaran. Tahun 1992 omset masih Rp 100.000 itupun jika ada acara saja," tuturnya. Dari pengalaman itu, Hery dan Retno kemudian mengubah desain pada produk kayu yang dibuatnya. Tahun 1995, mereka menambahkan desain buah-buahan seperti strawberry dan terus menambah desain pada tahun yang sama. Selain itu perluasan pasar kembali dilakukan walaupun belum masih lingkup Kota Malang Jawa Timur.
"Lama-lama kita tahu pasarnya, kemudian kita beli kayu gelondongan jenis Pinus atas izin Perhutani dan hasil produksinya saya titipkan ke toko-toko dan koperasi. Tahun 1995 kita memberikan motif strawberry dan tahun berikutnya kita terus menambah model," imbuhnya. Masa puncak bisnisnya terjadi pada tahun 2003, produk Hery dan Retno dilirik pasar Malaysia dan Jamaika. Akhirnya inilah pengalaman mereka untuk melakukan ekspor dan hasilnya negatif. Menurutnya tidak ada kesepakatan harga dan penipuan yang dilakukan eksportir membuat mereka menghentikan ekspor produknya ke Jamaika dan Malaysia.


9. Sukses dari limbah pabrik boneka
sampah jadi rupiah
Nana Anang Sujana
Pemutusan hubungan kerja (PHK) membawa berkah. Itu yang dialami Nana Anang Sujana. Pengusaha home industry kerajinan boneka mengawali bisnis setelah terkena PHK. Sedih, sakit hati, dan kecewa. Perasaan itu menumpuk di hati pria asal Bogor ini saat namanya masuk dalam daftar karyawan terkena PHK pada 1998 silam Perusahaan boneka tempatnya bekerja kena imbas krisis ekonomi. Tapi, Nana bukan tipe orang yang senang berlarut-larut dengan kesedihan. Berbekal keahliannya membuat boneka selama lima tahun di pabrik, dia coba bangkit secara mandiri.
Mengawali usahanya, pemilik Hayashi Toys ini membeli limbah perusahaan boneka untuk dijual kembali. “Modalnya waktu itu Rp 500 ribu. Saya coba beli limbah boneka dari pabrik boneka yang saya kenal,” imbuhnya. Saat usahanya mulai membuahkan hasil, Nana mulai memberanikan diri membuat boneka sendiri, dengan dua mesin jahit dan dua karyawan, dia mulai berkarya dan memasarkan produk. Boneka hasil karyanya dipasarkan ke sejumlah pusat perbelanjaan di ibu kota.
Kualitas boneka yang bagus dan harga yang cukup bersaing, membuat boneka karyanya diminati para buyer. Nana pun tertarik untuk melebarkan sayap usahanya. “Waktu itu bisa membuka outlet di seluruh jabotabek,” katanya.


10. Kerajinan dari limbah kayu bangunan
sampah jadi rupiah
Kreatifitas dari limbah kayu dan bambu
Di tangan seorang perajin di Solo, Jawa Tengah, limbah bambu bekas proyek pembangunan rumah yang biasanya hanya dibuang, ternyata bisa menjadi bahan pembuatan kerajinan yang bernilai ekonomis tinggi. Limbah bambu tersebut dibuat kerajinan autodrama atau miniatur kehidupan, yang diminati tak hanya warga di wilayah tersebut, namun, juga dari berbagai kota di Indonesia.
Inilah suasana warung angkringan atau Hik, yang digambarkan secara detail oleh seorang perajin di Banyuanyar, Solo, bernama Gringsing Ibnu Handoko atau Inung, dalam sebuah karya kerajinan miniatur bambunya. Tak hanya interaksi pembeli dan penjual, bagian-bagian dari warung angkringan juga digambarkan dengan cermat, seperti ceret atau tempat pembuatan minuman maupun beraneka macam makanan yang dijual di warung angkringan tersebut.
sampah jadi rupiah
Hasil karya Inung
Siapa sangka, kerajinan miniatur bambu atau autodrama yang sangat indah ini ternyata hanya dibuat dari limbah bambu. Awalnya, Inung merasa prihatin dengan banyaknya limbah bambu bekas pembangunan rumah yang ternyata hanya dibuang atau dijadikan kayu bakar. Dengan sentuhan seni, sisa-sisa bambu itupun mulai dirakit menjadi berbagai miniatur kendaraan, seperti kereta api, sepeda motor, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, Inung pun menemukan bentuk yang lebih cocok, yaitu miniatur kehidupan atau autodrama.
Dibanding menggunakan kayu, menurut Inung, pembuatan miniatur dari bambu ternyata lebih mudah dan sederhana. Pertama, bambu dibersihkan dan dipotong sesuai bentuk dan ukuran yang diinginkan. Potongan-potongan bambu inilah yang dirangkai menjadi miniatur dengan menggunakan lem. Agar terlihat lebih indah, biasanya dipadu dengan karung goni dan daun pisang kering. “Dibanding kayu, bahan bambu bisa lebih menampilkan detil miniatur yang ingin dibuat,” katanya.
Sejak dirintis setahun lalu, saat ini, kerajinan tersebut terus diminati banyak kalangan. Dengan dibantu dua temannya, dalam sebulan, Inung mengaku bisa membuat sekitar 10 kerajinan miniatur bambu berukuran besar dan sekitar 25 hingga 30 miniatur bambu. Tak hanya dari wilayah Solo dan sekitarnya, pesanan pun datang dari berbagai kota di Indonesia.


sumber:
http://bisniskeuangan.kompas.com/
http://citizenmagz.com/            
http://bisniskeuangan.kompas.com/
http://internetdanbisnis.blogspot.com/
http://www.merdeka.com/
http://www.voaindonesia.com/
http://www.tempo.co/
http://kisahsukses-pengusaha.blogspot.com/
http://anangsujana.com/
http://bursakreasi.blogspot.com/
video from http://youtube.com
bilamana terdapat kesalahan dalam artikel diatas, mohon diralat, terima kasih

Subscribe to receive free email updates:

Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar Yang Anda Sukai

21 comments

bener2 satu ide yg brilian nih
idenya sangat inspiratif nih.
pertanyaannya apa yg sudah kita hasilkan yamas

Balas

bagus banget gan artikelnya..bermanfaat..
sangaat2 menginspirasi..
ditunggu artikel selanjutnya gan..

How Domain Names Affect SEO

Balas

Yang nomor 7 itu, masih muda, tapi sudah berinovasi dengan smapah. Mantap

Balas

saya suka yang bonggol jagung tuh Mas, keren abis bisa begitu

Balas

Orang yang kreatif
idenya selalu aktif

Balas

Pintar-pintar kitanya aja iya mas kalau mau penghasilan lebih dengan cara memanfaatkan bahan baku dari barang yang tidak terpakai lagi. Good job (y)

Balas

jujur kang saya sampe merinding bacanya soalnya kalo saya itu gak pernah memanfaatkan sampah yang ada langsung aa buang dan subhanallah betapa kreatifnya mereka dan semoga nanti kedepannya semakin banyak aja orang yang kreatif seperti mereka agar sampah semakin berkurang :)

Balas

brilian sama berlian itu beda yah mas yanto,, hati hati jangan salah menafsirkan lho tt3tt3tt3. makasih ide nya mas buret ini emang sangat cemerlang :)

Balas

salam siang mas. sungguh luar biasa mas bahan baku sampah bisa jadi hiasan yang bisa jadi nilai jual yang mahal sangat femiliar sekali ketrampilan orang tersebut. dan mas yang posting ini bisa kecipratan berkahnya semoga begitu ya mas. salam semangat terus berkarya :)

Balas

pandai dan sekektif
pasti akan lebih efecktif

Balas

pantas saja mas ainul merinding lha wong komputernya belum di bersihkan secara berkala kan.. hayo ngaku deh,, keren kan saya nebaknya ya gak mas buret..? tt3tt3tt3

Balas

apapun bentuknya jika jatuh ketangan orang-orang yang kreatif dan memiliki id id yang brilian pasti akan menjadi manfaat ya Mas

Balas

kreatif itu yang perlu diasah dari kita ya mas, agar kit abisa memanfaatkan disekitar kita untuk sesuatu yang lebih berguna dan bermanfaat

Balas

cemerlang sama brilian ada kesamaan

Balas

inspiratif, barang bekas memiliki nilai jual tinggi setelah di olah tangan2 kreatif

Balas

selain dodong kodir ada juga lawe samagaha salah satu seniman yang membuat alat musiknya dari berbagai bahan, termasuk dari sampah. ok makasih atas infonya.

Balas

wah Indonesia, meski kalah canggih teknologi, tapi lebih canggih ide-ide cemerlang otaknya.

Balas

wew keren...selain mengurangi jumlah sampah, bisa juga membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain. Kalau saya baru tau bekas bungkus kopi dijadikan tas dll.
selamat berkarya kawan & sukses selalu dimanapun kita berada :)

Balas

wih bener kreatifitasnya tinggi sob, mantab deh...

Balas

Ide kreatif!! Anyway saya juga mau sharing nih hasil pemanfaatan sampah tidak terpakai menjadi instalasi seni bernilai tinggi
http://citragrandcity.com/wow-mengubah-sampah-menjadi-barang-seni/#
semoga bermanfaat :D

Balas